Mohon tunggu...
thox suprapto
thox suprapto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

berharap pada kehidupan bersama lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadikan Sampah Bukan Lagi Penyebab Banjir DKI

24 November 2012   00:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:46 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak aneh tiap tahun ada berita Jakarta banjir, yang aneh justru kalau setahun saja  Jakarta tidak banjir. Telah banyak upaya dilakukan pemerintah DKI mengantisipasi banjir, dan masyarakat Jakarta telah canggih menghadapi banjir. Ketika melihat tanyangan di televisi setiap banjir pasti sampah banjir dimana-mana dalam tulisan ringan ini saya mencoba urun rembuk tentang sampah yang menjadi salah satu penyebab banjir. Sampah menyumbat pintu-pintu air. Alat berat dikerahkan untukmengeruk dan tentunya dana triliunan terbuang untuk mengeruk sampah.

Untuk DKI menurut saya sudah waktunya masyarakat “didesak”  untuk merubah perilaku dalam menangani sampah, caranya:

1.Masyarakat harus mau memilah sampah menjadi sampah kering dan sampah basah.

2.masyarakat yang mampu, harus menyediakan alat komposter di rumahnya, yang berupa drum plastik sudah ada yang memproduksi.

3.Bagi masyarakat tidak mampu Pemda DKI menyediakan untuk dipakai bagi  2-3 rumah tangga.

4.Pemda DKI memberi subsidi cairan untuk pengurai sampah (sudah banyak yang memproduksi) agar bisa diubah menjadi kompos.

Disini tugas masyarakat hanya memasukkan sampah basah (daun-daun, sisa-sisa makanan) dalam komposter  lalu menyiramnya dengan cairan pengurai. Keuntungan cairan ini sampah tidak bau dan cepat membusuk. Dalam 2-3 hari sampah sudah berubah menjadi setengah kompos. Nah sampah di komposter ini lalu diambil oleh petugas pengumpul sampah, dibawa ke tempat pengumpul sampah untuk dilanjutkan proses menggiling sampah sampai proses menjadi kompos. Disini sampah telah menjadi nilai ekonomis. Pasti dibutuhkan petani untuk tambahan pupuknya.

Sedang sampah kering yang telah disisihkan berupa plastik dan kertas bisa di berikan pada petugas pengumpul sampah sebagai nilai tambah (bonus).  Atau lingkungan yang memanfaatkannya sebagai tambahan sumber dana bagi lingkungan. Sampah plastik,kertas, rosokan besi ada nilai uangnya lho.

Dengan cara sederhana ini diharapkan masyarakat tidak lagi membuang sampah di kali-kali di DKI, dan sampah tidak lagi menjadi salah satu biang keladi banjir.

Kunci keberhasilannya terletak pada  :

1.disiplin masyarakat untuk merubah perilaku, yang dimulai serentak dari masyarakat kelas bawah sampai kelas atas. Baik dirumah maupun ditempat umum, perilaku membuang sampah dengan cara memilah tetap dilakukan.

2.Ketua RT , RW  dan pemuda  jadikan relawan perubahan perilaku dengan rajin mengingatkan warganya agar memilah sampah, dan menyadarkan bahwa sampah produksinya masih menjadi tanggung jawabnya sehingga tidak seenaknya membuang.

3.Tentunya Pemda DKI juga harus menyediakan komposter dan petugas pengelola komposter juga kotak sampah kering di tempat-tempat umum semudah orang menjangkau.

Dapat kita bayangkan bila mampu merubah sampah di DKI menjadi kompos, berapa juta kubik kompos dihasilkan, berapa nilai uangnya dihasilkan tentu sangat besar.dan tidak ada lagi namanya petugas sampah, yang ada petugas pengumpul kompos,mudah bukan…? (semoga bermanfaat).

By: Thox Suprapto

Add : matahati66@yahoo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun