Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca, Penulis dan Analis Sosial

Hidup dimulai dari mimpi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Kebijakan AS Pasca Dilantiknya Donald Trump sebagai Presiden ke 47.

20 Januari 2025   05:00 Diperbarui: 20 Januari 2025   01:58 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Pemilu AS yang dilangsungkan pada awal November 2024 lalu. (Image: kompas.com)

Pada awal tahun 2025 ini, Donald Trump resmi kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) untuk kedua kalinya. Meski pelantikannya berlangsung dengan kemegahan, agenda kebijakan kontroversialnya segera memantik perdebatan publik, terutama terkait rencana deportasi massal imigran tanpa dokumen. Kebijakan ini bukan hanya menjadi topik politik panas, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran besar terhadap stabilitas ekonomi dan sosial AS.

Kebijakan Ekonomi

Pada 2024, AS mencatatkan inflasi yang relatif terkendali. Tingkat inflasi tahunan pada Desember mencapai 2,9%, sesuai dengan perkiraan ekonom, meskipun terdapat lonjakan harga energi di akhir tahun. Peningkatan harga bahan bakar seperti bensin (4,4%) memberikan tekanan tertentu, tetapi inflasi inti, yang mengecualikan makanan dan energ turun ke 3,2%, menunjukkan perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun, langkah Trump untuk mendeportasi jutaan imigran tanpa dokumen mengancam kestabilan ini. Para ekonom, seperti David J. Bier dari Cato Institute, memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat mengacaukan rantai pasok dan menaikkan harga barang serta jasa di sektor-sektor kunci seperti konstruksi, pertanian, dan jasa rumah tangga. Imigran tanpa dokumen selama ini memainkan peran penting sebagai tenaga kerja di sektor-sektor tersebut, yang dikenal memiliki margin keuntungan rendah dan ketergantungan besar pada pekerja dengan upah minimum.

Menurut Chloe East, peneliti di National Bureau of Economic Research, harga barang di sektor-sektor ini berpotensi melonjak tajam jika tenaga kerja imigran hilang. Ia menambahkan bahwa efek jangka panjang bisa berupa inflasi sektoral, yang ironisnya justru bertentangan dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi di era Trump.

Kebijakan Tenaga Kerja

Deportasi massal akan berdampak langsung pada pasar tenaga kerja AS. Studi yang diterbitkan di Journal of Labor Economics pada 2023 menunjukkan bahwa setiap 500.000 imigran yang dikeluarkan dari pasar tenaga kerja berpotensi menyebabkan 44.000 pekerja kelahiran AS kehilangan pekerjaan. Efek domino ini terjadi karena banyak pekerjaan yang saling terkait dalam rantai pasok. Misalnya, kekurangan tenaga kerja di bidang pertanian akan memengaruhi produksi, distribusi, hingga harga pangan, yang pada akhirnya membebani konsumen.

Imigran tanpa dokumen tidak hanya mengisi pekerjaan kasar; mereka juga menjadi fondasi ekonomi informal AS. Kehadiran mereka menekan biaya produksi sehingga perusahaan dapat menyediakan barang dan jasa dengan harga lebih kompetitif. Deportasi massal akan memaksa perusahaan untuk merekrut pekerja baru dengan upah lebih tinggi atau mengalihkan operasi ke luar negeri, yang pada akhirnya berpotensi meningkatkan pengangguran domestik.

Selain itu, langkah ini dapat menciptakan kekosongan tenaga kerja dalam waktu singkat. Sektor-sektor seperti konstruksi dan perhotelan, yang sangat bergantung pada tenaga kerja imigran, mungkin akan menghadapi kesulitan besar untuk memenuhi kebutuhan pekerja. Kekurangan ini dapat memperlambat proyek infrastruktur, mengurangi kapasitas produksi, dan bahkan menyebabkan kebangkrutan bagi bisnis kecil yang tak mampu beradaptasi.

Paradoks Kebijakan Donald Trump

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun