Sejarah Perang Dunia II penuh dengan keputusan besar yang mengubah nasib jutaan orang. Namun, di antara keputusan-keputusan itu, ada satu momen kunci yang terus menjadi bahan spekulasi para sejarawan dan penggemar sejarah. Sebuah variasi kedua dari pola yang membentuk dunia saat ini, yakni "Bagaimana jika Jerman Nazi tidak pernah menyerang Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa pada 22 Juni 1941?"
Lebih jauh lagi, bagaimana jika Sekutu di bagian Barat, yakni Amerika Serikat dan Britania Raya tidak pernah bekerja sama dengan Stalin dari pihak Komunis. Tentu saja pertanyaan ini membawa kita ke sebuah dunia alternatif yang penuh dengan peluang, konflik yang berbeda, dan tentu saja, hasil perang yang mungkin tidak seperti yang kita kenal hari ini.
Menghindari Operasi Barbarossa.
Untuk memahami dampak keputusan ini, kita harus kembali ke konteks awal Perang Dunia II. Pada 1939, Jerman Nazi dan Uni Soviet menandatangani Pakta Molotov-Ribbentrop, perjanjian non-agresi yang mengejutkan dunia. Perjanjian ini memungkinkan kedua negara membagi Polandia di antara mereka dan, dalam jangka pendek, memberikan keamanan strategis bagi Hitler dan Stalin.Â
Namun, Hitler memiliki ambisi besar, yaitu menciptakan "Lebensraum" atau ruang hidup bagi rakyat Jerman di wilayah Timur. Baginya, Uni Soviet bukan hanya ancaman ideologis tetapi juga sasaran utama ekspansi. Keputusan untuk melancarkan Operasi Barbarossa adalah perjudian besar, dan akhirnya menjadi kesalahan fatal yang menyebabkan kekalahan Jerman. Tapi bagaimana jika Hitler menahan ambisinya dan memilih untuk mempertahankan hubungan pragmatis dengan Stalin?
Eropa yang Stabil di Bawah Cengkeraman Nazi
Jika Jerman tidak menyerang Uni Soviet, lanskap geopolitik Eropa akan terlihat sangat berbeda. Jerman, yang telah menguasai sebagian besar Eropa Barat pada pertengahan 1940, mungkin akan mengalihkan fokusnya untuk memperkuat wilayah yang telah mereka taklukkan. Britania Raya, meskipun tetap berperang, akan menghadapi kesulitan besar untuk melawan Jerman tanpa bantuan Uni Soviet di Timur.Â
Pertempuran di Barat, seperti Pertempuran Inggris yang mungkin tetap berlangsung, tetapi tanpa tekanan perang dua front, Jerman dapat mengalihkan lebih banyak sumber daya ke Afrika Utara atau membangun pertahanan udara yang lebih kuat. Dalam skenario ini, Britania Raya bisa saja terisolasi, menghadapi blokade ekonomi dan tekanan militer yang terus menerus.
Uni Soviet di Luar Pusaran Konflik.
Di sisi lain, Stalin tidak akan terburu-buru masuk ke perang. Uni Soviet mungkin tetap netral, memanfaatkan perjanjian dengan Jerman untuk terus memperluas pengaruhnya di Eropa Timur. Tanpa invasi Jerman, Stalin bisa fokus pada konsolidasi kekuatan internal dan membangun kembali militernya setelah pembersihan besar-besaran pada akhir 1930-an.