Baru saja berlalu 2 hari dimana pada hari Sabtu, 12 Oktober 2024, menjadi hari yang kelam bagi masyarakat Maluku Utara. Kebakaran kapal cepat Bela 72 yang mengangkut rombongan calon gubernur Maluku Utara, Benny Laos, menyebabkan enam nyawa melayang, termasuk sang cagub itu sendiri.Â
Tragedi ini bukan hanya sekadar kecelakaan, melainkan sebuah cermin dari berbagai aspek yang perlu kita perhatikan dengan lebih dalam, yakni dalam hal keamanan transportasi, kesiapsiagaan penanganan keadaan darurat, dan tanggung jawab sosial dalam setiap langkah yang kita ambil.
Kapal cepat yang seharusnya menjadi sarana bagi Benny Laos dan rombongannya untuk berkampanye di Desa Kawalo itu terpaksa berakhir tragis. Dari rekaman yang beredar, tampak jelas betapa api melalap hampir separuh badan kapal dengan cepat. Kapal berbahan fiber, yang pada umumnya lebih rentan terhadap kebakaran, menjadi saksi bisu bagaimana proses pengisian bahan bakar yang seharusnya rutin bisa berujung pada sebuah bencana.
Wakil Kepala Polres Pulau Taliabu, Komisaris Sirajudin, bahkan sempat mengingatkan kru untuk tidak mengisi bahan bakar saat mesin kapal dan perangkat elektronik masih menyala. Namun, peringatan itu tampaknya terlambat dan tidak diindahkan, yang berujung pada ledakan dan kebakaran yang mengerikan. Kejadian ini menunjukkan bahwa pengawasan dan pelatihan yang tepat sangat penting dalam menghindari bencana serupa.
Salah satu momen yang paling menyentuh dalam peristiwa ini adalah bagaimana orang-orang yang berada di sekitar pelabuhan berusaha menyelamatkan korban. Saat api melalap kapal, beberapa penumpang berjuang melompat ke luar, sementara masyarakat sekitar menceburkan diri untuk membantu evakuasi. Tindakan heroik ini menunjukkan betapa solidaritas dan empati manusia bisa bersinar di tengah kegelapan. Namun, betapa ironisnya bahwa kita harus membayar mahal dengan nyawa yang hilang hanya karena kelalaian yang seharusnya dapat dihindari.
Di tengah upaya penyelamatan, Benny Laos sempat dirawat di RSUD Bobong, tetapi sayangnya nyawanya tidak tertolong. Hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa penyebab kematian Benny adalah kehabisan napas akibat tenggelam, ditambah luka bakar dan patah tulang. Kondisi ini sangat menggugah hati, terlebih mengingat betapa Benny adalah sosok yang berjuang untuk masa depan politik daerahnya.
Kejadian tragis ini tidak hanya menggugah emosi, tetapi juga memunculkan sejumlah pertanyaan yang perlu kita jawab. Apa yang sebenarnya terjadi pada sistem keselamatan transportasi di daerah ini? Apakah standar operasional yang ada cukup memadai untuk menjamin keselamatan penumpang? Dalam hal ini, institusi pemerintah, termasuk kepolisian dan dinas terkait, harus bertanggung jawab dalam memastikan bahwa regulasi diikuti dengan ketat.
Belum lagi, apakah perusahaan kapal memiliki prosedur darurat yang baik untuk menangani situasi yang tidak terduga seperti kebakaran? Hal ini menjadi penting untuk mencegah tragedi yang sama terjadi di masa depan. Penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian perlu dilakukan dengan serius dan transparan, sehingga masyarakat bisa mendapatkan gambaran jelas tentang apa yang terjadi dan siapa yang harus bertanggung jawab.
Selain menimbulkan duka mendalam, tragedi ini juga berimplikasi besar bagi masyarakat Maluku Utara. Kehilangan seorang calon pemimpin yang memiliki visi untuk daerahnya adalah sebuah kehilangan yang tak ternilai. Benny Laos, yang merupakan anggota DPRD Maluku Utara, adalah sosok yang diharapkan bisa membawa perubahan dan kemajuan. Kini, harapan tersebut sirna seketika.
Dari sisi ekonomi, tragedi ini bisa berdampak negatif pada kepercayaan masyarakat terhadap industri pariwisata dan transportasi di daerah tersebut. Pelabuhan yang seharusnya menjadi simbol kemajuan kini bisa menjadi sumber ketakutan. Jika masyarakat merasa tidak aman menggunakan transportasi di daerah mereka, bisa dipastikan bahwa dampak jangka panjangnya akan merugikan perekonomian lokal.