Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Anne Boleyn, tentang bagaimana Cinta merubah Sejarah dunia

7 September 2024   19:18 Diperbarui: 8 September 2024   07:13 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eksekusi Mati Ratu Anne Boleyn (source: nationalgeographic.grid.id)

Setelah berbagai langkah dan intrik dilakukan oleh Henry, akhirnya Anne Boleyn dapat menikah dengan Henry pada tahun 1533, tentu saja setelah memutuskan untuk bercerai dengan Catherine yang pada masa itu disahkan oleh para pemuka agama yang setia kepada Henry.

 Sebagai ratu baru, kehadiran Anne mengalami banyak tantangan terutama kebencian yang hadir dari seisi gereja. Dia tidak hanya menghadapi kebencian dari pendukung Catherine dan Katolik, tetapi juga dari masyarakat Inggris yang masih setia kepada tradisi lama. Kehadirannya di istana dianggap sebagai ancaman, dan banyak yang menuduhnya menggunakan sihir untuk memikat Henry.

Tetapi Anne tidak hanya seorang ratu yang naik ke tampuk kekuasaan dengan cerita yang penuh kontroversi. Anne juga diyakini sebagai seorang wanita yang cerdas, ambisius, dan memiliki visi yang cukup baik bagi Kerajaan Inggris. Dukuhgan Anne terlihat dalam gerakan reformasi, termasuk penerjemahan Injil ke dalam bahasa Inggris, sehingga dapat diakses oleh masyarakat umum. Hal ini adalah langkah revolusioner, mengingat bahwa selama ini, Gereja Katolik memonopoli ajaran agama dan membatasi akses terhadap Kitab Suci. Anne, dengan caranya sendiri, memicu perubahan sosial yang besar, di mana masyarakat Inggris secara kritis mulai mempertanyakan kekuasaan absolut Gereja Katolik dan para masyarakatnya mencari cara baru untuk memahami ajaran Kristen.

Namun, kebahagiaan Anne di atas takhta tak bertahan lama. Sama seperti Catherine, Anne pun gagal memberikan pewaris laki-laki yang dinantikan Henry. Pada tahun 1533, Anne melahirkan seorang putri, Elizabeth, yang kelak akan menjadi salah satu ratu terbesar dalam sejarah Inggris. Tetapi saat itu, ketiadaan pewaris laki-laki dianggap sebagai kegagalan. Hubungan Henry dan Anne mulai memburuk, dan musuh-musuh Anne di istana mulai merencanakan kejatuhannya.

 Tragedi Eksekusi Anne Boleyn

Pada tahun 1536, Henry akhirnya memutuskan bahwa dia harus menyingkirkan Anne. Tuduhan-tuduhan palsu dibuat terhadap Anne dilancarkan, mulai dari perzinahan hingga pengkhianatan. Anne ditangkap dan dipenjarakan di Menara London. Pada tanggal 19 Mei 1536, di depan umum, Anne Boleyn menjadi permaisuri Inggris pertama yang dieksekusi mati, dipenggal dengan pedang. Hukuman ini tidak hanya menandai akhir dari kisah cinta tragis Anne dan Henry, tetapi juga sebuah simbol betapa cinta bisa menjadi kekuatan yang memutar roda peradaban, memicu konflik, perubahan, dan gejolak di seluruh negeri Britania Raya.

Namun, meski kematiannya tragis, dampak Anne terhadap sejarah tak bisa diabaikan. Keputusannya untuk menolak menjadi sekadar simpanan Henry, serta keberaniannya untuk menantang norma-norma sosial dan agama, memicu perubahan yang jauh lebih besar daripada yang bisa dibayangkan oleh siapapun. Anne Boleyn mungkin telah mati, tetapi sejarah dan kisah cintanya akan tetap hidup melalui kelahiran putrinya, Elizabeth I, yang kelak menjadi ratu Inggris yang mengukuhkan Inggris sebagai kekuatan besar di Eropa.

Kelahiran Gereja Anglikan

Setelah eksekusi mati terhadap Anne, Henry VIII terus mengkonsolidasikan kekuasaan gereja baru yang telah ia ciptakan. Gereja Anglikan berkembang dengan perbedaan-perbedaan dari Gereja Katolik, termasuk dalam hal doktrin, liturgi, dan otoritas kepemimpinan. Jika sebelumnya kekuasaan spiritual berada di bawah kendali Roma, kini raja menjadi kepala gereja. Perubahan ini membawa dampak besar dalam masyarakat Inggris secara lebih luas.

Kelagiran Gereja Anglikan menjadi simbol otonomi spiritual Inggris yang tidan lagi dikendalikan oleh otoritas Roma, dan seiring dengan berjalannya waktu, pertumbuhan gereja ini menciptakan perpecahan lebih lanjut di kalangan Kristen, membuka jalan bagi denominasi-denominasi Protestan lainnya di seluruh Eropa. Proses ini memicu konflik agama yang melanda Eropa selama beberapa dekade, dan Inggris sendiri mengalami masa-masa ketegangan, termasuk konflik dengan kaum Katolik yang tetap setia kepada Paus.

Namun di sisi lain, denominasi baru ini juga memberikan kesempatan bagi perubahan sosial dan politik yang besar. Peran gereja sebagai kekuatan yang mempengaruhi semua aspek kehidupan, mulai dari pengaruh politik, budaya, hingga ekonomi mulai dikurangi. Pengaruh Gereja Katolik mulai memudar, dan kaum bangsawan serta rakyat biasa mulai mempertanyakan banyak hal, termasuk otoritas agama dalam kehidupan pribadi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun