Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Perbedaan Radikalisme, Fundamentalisme dan Ekstimisme

12 November 2022   02:52 Diperbarui: 12 November 2022   02:55 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ragam permasalahan yang dihadapi oleh dunia, mengkerutnya perang ideologi yang ditandai munculnya gleombang pragmatisme di kalangan politisi yang telah mengalihkan kebijakan dalam sebuah negara yang semula mengarah pada isu-isu sentral di high politics, atau permasalah dalam dunia internasional yang bersifat keamanan dan pertahanan. Saat ini konsentrasi itu telah beralih ke gagasan-gagasan tentang kerakyatan yang ditandai dengan muncul dan berkembangnya gerakan-gerakan emansipatoris di tengah masyarakat yang bercorak low politics, seperti Feminisme, gerakan hijau ataupun ekonomi buruh.

Cara pandang manusai modern yang relative lebih terdidik tidak lain disebabkan oleh semakin majunya negara yang berimplikasi langsung pada perubahan kebijakan pemerintah yang berorientasi pada kesejahteraan yang peningkatan kualitas hidup dari masyarakatnya, namun juga melesatnya teknologi informasi telah memperkaya wawasan dan sumber pengetahuan dari masyarakat di era modern.

Hal yang unik adalah semakim beragamnya pemahaman yang dapat masyarakat cerna lewat social media, justru semakin banyaknya orang yang terjebak dalam pemahaman ideology yang sempit. Banyak orang di seluruh dunia lewat perjuangan minor yang berkorelasi dengan isu-isu low politics, seperti kelompok identitas, keagaman dan gerakan kebudayaan lainnya telah mendapatkan spotlight yang cukup luas di kalangan masyarakat modern.

Dalam berbagai informasi yang dapat kita baca, kita mengetahui kalau ekstimisme yang disertai dengan terorisme di kawasan timur tengah merupakan hal yang tak terpisahkan dari agenda politik Amerika Serikat. Sebuah negara adidaya yang sering dianggap sebagai polisi dunia, sedangkan konflik dan resolusi atas pemberontakan adalah medium yang dapat mengkonservasikan anggapan masyarakat global terhadap supremasi dari negara ini.

Peran media juga telah menghantarkan agenda besar dari politik global yang bercorakan kelompok Identitas. Hal ini tidak lepas sebagai antitesa dari gagasan Globalism yang mendukung integrasi masyarakat ke dalam suatu nilai universal, namun pada penerapannya Universalisme ini berarti Ideologi Liberal.

Stigmatisasi pada kelompk-kelompok yang menyimpang dari nilai liberalism ini dihakimi sebagai perbuatan tercela dan layak untuk dihakimi bersama-sama. Salah satunya dengan memberikan konotasi negative yang juga merujuk pada ragam istilah peyoratif yang mencoba untuk mendeskriditkan, peran, wawasan dan pemahaman yang para orang dari kelompok ini anut.

Tak mengherankan kalau di tengah Globalisasi ini muncul juga berbagai kelompok kepentingan yang berusaha melindungi kepentingan kelompoknya, factor budaya ataupun keyakinan dalam agama mempenngaruhi cara orang-orang dlaam kelompkk ini untuk bertindak dan mengkolektifkan dirinya dalam sebuah kelompok identitas.

Radikalisme memiliki corak yang khas, yang kadang disamakan dengan Fundamentalisme  ataupun Ekstimisme. Namun hal yang perlu dipahami dengan baik bahwa Radikalisme, Fundamentalisem dan ekstimisme adalah tiga  hal yang berbeda.

Apabila Radikalisme dapat dipahami sebagai pemahaman tentang berbagai metode untuk mendesak perubahan kebijakan public, yang tentunya identic dengan identitas dari politik di negara tersebut. Hal yang termasuk di dalamnya adalah : hal-hal yang berkaitan dengan aspek demokrasi, kebebasan sispil, supremasi hukum dan ragam aspek kepercayaan yang berkaitan dengan nilai toleransi keberagaman.

Fundamentalisme adalah penolakan penyesuaian nilia-nilai pada kondisi modern. Sikap keteguhan pada nilai-nilai kulturan ataupun keagamaan yang ditunjukan dengan penolakan untuk melakukan adpatasi dengan kebudayaan setempat dapat berarti pada fundamentalisme.

Dengan corak yang beragam, dan menampilkan diri dengan ragam bentuk. Dalam kebudayaan tertentu, di berbagai pedalamaan salah satunya di suku Dani, Papua terdapat kebudayaan potong jari yang dianggap sebagai tradisi untuk menjaga roh tetap berada di rumah mereka sampai lukanya pulih. Tanpa melihat kondisi modern dimana aspek-aspek metafisika seperti penyembahan pada roh telah ditinggalkan, suku ini tetap melakukan tradisi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun