Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kultus Heroik: Tentang Menjadi Sesuatu yang Signifikan dan Berarti

11 November 2022   04:51 Diperbarui: 11 November 2022   05:00 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernahkah terlintas di alam sadar kita untuk menjadi pahlawan super? 

Pernah menonton Film Batman, Superman atau Black Phanter lalu jadi terinspirasi untuk menyerupai tokoh-tokoh ini?

Di masa krisis setiap orang berharap kehadiran superhero, tak aneh kalau era perang dingin (Antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet) diisi oleh ribuan film berhaluan propaganda dan perang ideologi.

Superhero adalah representasi dari keinginan orang-orang di masa itu untuk menghadirkan seseorang dengan kualifikasi yang istimewa. Seseorang dengan kemampuan di atas rata-rata, dan secara sederhana apa yang mereka inginkan adalah seorang penyelamat dan seorang pemecah-masalah yang bisa menyelamatkan mereka dari peliknya kehidupan di masa itu. 

Paradigma sosial adalah sesuatu yang simbolik, dengan kata lain berasal dari gabungan individu yang menyerukan hal yang sama, yang secara kolektif hadir jadi keinginan bersama.

Tidak hanya imajinasi itu yang terasa nyata, tapi juga hasrat tiap orang tuk menjadi signifikan di tengah terpuruknya masyarakat dan hadirnya gejolak sosial. Apabila kita kembali membaca sejarah, kita akan mengingat nama Bao dan Sun Zu adalah dua nama dewa Cina, Dewa Keadilan dan Dewa Perang. 

Pada nyatanya mereka adalah dua orang yang dikenang akibat hikayat yang lahir dan berlangsung secara turun temurun. Perbedaan signifikan yang dibarengi dengan keberanian individu untuk berbeda haluan dengan kelompok mayoritas, dan bergerak dengan kepentingan akal dan nurani telah membuat nama mereka secerah matahari ataupun secerah rembulan di malam hari.

Dalam mitologi Yunani pun kita mengenal nama Zeus, Poseidon dan Athena. Tiga nama populer yang masing-masing merepresentasikan dewa langit, dewa laut dan dewa Perang.  Sama seperti dewa dalam sejarah Cina, kultus individu ini telah memisahkan kelompok manusia mulia ini setara dengan tuhan (read : dewa). Dalam perkembangannya pun, banyak diantara para manusia mulia ini dianggap sebagai dewa dan disembah oleh manusia

Di era modern, dimana segala hal dapat terdokumentasikan dengan mudah, baik itu melalui foto, video, karya tulis ataupun pesan suara. Manusia tetap saja menolak untuk dilupakan, manusia tetap ingin dikenang sebagai seseorang yang unik, berbeda dan signifikan. 

Popularitas bisa berarti sesuatu yang mutlak bagi manusia modern, sesederhana "Manusia menolak untuk dilupakan". Walau hadir tanpa memberikan kontribusi yang besar dan luas, nama baik adalah satu hal yang enggan digadaikan untuk apapun. Suatu hal yg manusia anggap membuat mereka tetap hidup setelah kematian mereka, adalah satu hak yang manusia anggap sebagai keabadian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun