Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Masihkah Kita Perlu Filsafat?

23 September 2020   13:23 Diperbarui: 23 September 2020   13:28 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata orang, Filsafat adalah sebuah pencarian yang tak pernah menemukan akhir. Sebuah pertanyaan besar tentang dunia dan alam semesta biasanya dimulai dari sebuah pertanyaan sederhana, lalu dikembangkan secara mendalam untuk menemukan rangkaian kesimpulan yang bercabang-cabang. Mungkin, sulit bagi seorang ahli filsafat untuk menemukan sebuah kesimpulan tunggal dari rangkaian fenomena yang terjadi di dunia ini, karna bagi mereka sebuah fenomena tidak pernah tunggal, setiap fenomena memiliki titik hubung degan fenomena lainnya.

Dunia modern yang segalanya serba mobile adalah kemajuan peradaban, tapi bisa juga dimaknai usaha yang makin minim seorang manusia untuk memperoleh sesuatu, karna hanya cukup sekali usap di layar androidnya banyak kebutuhan telah terpenuhi, seperti mendownload aplikasi, membayar tagihan dengan e-banking dan membeli barang secara online.

Di samping modernitas yang kita saksikan hari ini, filsafat juga seringkali dipertentangkan dengan doktrin agama. Filsafat dan agama adalah dua pembahasan yang sama-sama mendalami dunia yang metafisis, dimana keyakinan yang terkandung dalam agama seringkali dipertentangkan oleh para filsuf. Dan kadang sudut pandang filsafat yang dianggap keliaran dari pemikiran manusia, dianggap menyesatkan oleh golongan beragama. 

Begitupun dari berbagai tulisan yang ditulis oleh orang-orang yang berpengaruh seperti Feuerbach, marx, engels, Sartre, popper ataupun Russel yang banyak mengkritik tentang agama dan keagamaan itu sendiri, lalu memberikan sudut pandang yang bertentangan dengan doktrin-doktrin agama terdahulunya. Bagi sebagian orang, ranah filsafat seringkali dianggap ranah tanpa tuhan. Ditambah lagi streotip masyarakat yang sering menganggap bahwa filsafat mengarahkan kita pada atheisme. Lalu pertanyaannya masihkah kita memerlukan filsafat?

Bagi saya pribadi, modernitas dan perkembangan tekhnologi yang serba mobile adalah sebuah kemajuan yang perlu kita sambut baik, karna sekat-sekat penghalang antar individu semakin lama semakin menghilang. Dan Interaksi antar manusia di berbagai lokasi semakin mudah dijangkau, mudah dan murah. Namun, hal ini juga bisa jadi bencana umat manusia. Dimana kemajuan tekhnologi tidak selalu dengan akselerasi manusianya untuk mengolah informasi. Peredaran informasi semakin deras. Kolom diskusi online internet setiap jamnya diisi oleh diskusi berbagai topic, mulai dari topic sosial, politik, ekonomi, tekhnologi, entertainment sampai gossip. 

Manusia adalah makhluk yang terbatas. Kemampuan daya ingat dan daya cerna kita yang terbatas menyebabkan kita tidak mampu mengolah seluruh informasi yang tersedia secara bersamaan. Hoax yang beberapa tahun belakangan jadi topic hangat berbagai kalangan, adalah dampak dari ketidakmampuan manusia untuk memilah dan memisahkan mana saja berita yang faktual ataupun hanya sekedar hiburan dan kebohongan. Maka disinilah filsafat memberikan jawabannya. Memikirkan suatu fenomena secara mendalam adalah hal yang lumrah bagi para pemikir filsafat. Melihat sebuah fenomena dengan kritis, lalu memikirkan sebuah fenomena secara mendalam, dan jernih. 

Dengan prinsip yang jelas sebelum melaksanakan sebuah tindakan, bisa dijelaskan dan dapat dipertanggung jawabkan. Hasilnya, mencoba menjelaskannya dalam sebuah sudut pandang mendalam, yang silogismenya bisa diterima oleh khalayak publik. Tujuannya tidak lain adalah untuk memisahkan kebenaran dari kebohongan dan memecahkan permasalahan yang dianggap polemic oleh sebagian masyarakatnya. Kelebihan mereka adalah melihat sisi-sisi yang kebanyakan orag awam tidak melihatnya. Bukan secara fisik, tapi makna yang mendasar yang lebih jadi perhatian mereka.

Untuk lebih jauh, kemajuan peradaban sebuah bangsa tidak pernah jauh dari kemajuan berfikir masyarakatnya. Karna sebuah bangsa atau Negara hanyalah entitas abstrak yang menggambarkan sekelompok golongan individu menurut Ben Anderson. Sebuah bangsa bisa Berjaya ataupun hancur, semua mengikuti bagaimana problematika dalam negri disikapi dengan arif dan bijak. Pemimipin Negara adalah para pembuat keputusan, wewenang mereka adalah menciptakan peradaban dan mencerdaskan kehidupan masyarakatnya dengan segala wewenang yang mereka miliki. Keputusan yang bisa diterima di seluruh kalangan masyarakat adalah sebuah keniscayaan yang harus ditempuh.

Maka, dengan mempelajari filsafat kita dapat menemukan keterkaitan antara satu hal dengan hal lainnya, sehingga kita bisa menemukan benang merah solusi dari permasahan yang dihadapi bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun