IPB University Berhasil menciptakan Inovasi alat monitoring ulat grayak pada tanaman bawang merah menggunakan metode YOLO (You Only Look Once) yang diintegrasikan melalui aplikasi android bernama AC-Tect. Inovasi ini memberikan kesempatan pada petani bawang merah untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi melalui monitoring yang lebih presisi dan efisien.
Bogor : 5 MahasiswaPetani bawang merah di Indonesia pada umumnya menggunakan pestisida secara terjadwal untuk menanggulangi hama yang menyerang tanaman bawang merah. Padahal, Pestisida merupakan langkah terakhir dalam penanggulangan hama pada tanaman menurut UU no 12 tahun 1992 mengenai sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Hal tersebut disebabkan proses monitoring hama khususnya ulat grayak sangat sulit dilakukan karena ukuran tubuhnya yang sangat kecil. Namun, dengan ukuran ulat grayak yang kecil dalam semalam ulat grayak mampu menghabiskan 30% daun pada tanaman bawang merah.
Solusi yang dihadirkan untuk proses monitoring hama pada tanaman bawang merah sebelumnya hanya berupa metode konvensional atau dengan mata telanjang tetapi metode konvensional ini memiliki kelemahan seperti jarak pandangan petani yang minimum, pengukuran yang bias karena mengandalkan mata dan persepsi individu petani, memakan waktu dan hasil yang didapat kurang akurat. Berangkat dari hal tersebut 5 orang mahasiswa IPB yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI) berinisiatif membuat alat monitoring hama ulat grayak pada tanaman bawang merah yang diberi nama AC-Tect (Allium Cepa Protection) yang merupakan gabungan dari aplikasi bernama AC-Tect dan perangkat fisik monitoring. AC-Tect bekerja menggunakan sensor berupa kamera IP yang berfungsi sebagai pendeteksi posisi hama, yang nantinya hasil deteksi akan langsung dikirimkan melalui aplikasi yang tersedia di smartphone pengguna, setelah proses monitoring selesai, hasil monitoring keseluruhan dapat diunduh langsung dengan format pdf hal tersebut bertujuan untuk memudahkan petani dalam menentukan saran pengendalian terhadap hama yang telah terdeteksi.
“Penggunaan platform android untuk AC-Tect, dikarenakan AC-Tect didesain untuk lebih murah dan lebih mudah dijangkau oleh pengguna, dimana dalam hal ini pengguna hanya tinggal mengunduh program AC-Tect di Playstore” Ungkap Deo Alif Utama, Ketua Tim AC-Tect IPB University pada Kamis 18 Juli 2024.
Tidak hanya itu Deo juga mengungkapkan bahwa penggunaan Computer Vision akan mengurangi hasil bias pada pengukuran dengan metode konvensional oleh petani dan membuat petani buta warna sekalipun dapat dengan mudah menggunakannya. Alat ini di implementasikan langsung pada tanaman bawang merah yang bertempat di Cikawau, Bandung, Jawa Barat. Pak Ujang selaku pemilik lahan mengaku baru kali ini mengimplementasikan metode baru untuk melakukan monitoring pada lahan bawang merahnya dan menganggap metode baru tersebut (AC-Tect) lebih mudah dan simple dibanding metode konvensional. Menurutnya petani bawang merah di Indonesia harus mulai mengadopsi alat atau aplikasi seperti ini.
Pembuatan alat ini di bimbing langsung oleh Dr. Ir. Purnama Hidayat, Msc, Dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman. Selain Deo Alif Utama, tim PKM IPB University AC-Tect beranggotakan Furqan Abdussalam, Thoriq Aziz Al Madani, Mumtazul Haq Asb, dan Balqis Syafira Maulina yang merupakan mahasiswa S1 IPB University. (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H