Mohon tunggu...
warta nusantara
warta nusantara Mohon Tunggu... -

warta nusantara awalnya blog tulisan atau artikel sehari-hari, kasus dan fakta-fakta sosial yang ada di masyarakat, seiring perkembangan waktu karena byk kawan yang ingin menyumbangkan artikel maka warta nusantara menjadi domain dan tergabung dalam PEWARNA (Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Spotlight Inspirasi Keberanian, Perjuangan Idealisme Jurnalis

10 Maret 2016   16:59 Diperbarui: 10 Maret 2016   17:30 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film drama barat berjudul “Spotlight” ini merupakan film yang berceritakan mengenai kisah nyata yang memukau dari pemenang hadiah Pulitzer Boston Globe. Sebuah hasil investigasi terhadap satu kota yang menyebabkan krisis di salah satu lembaga tertua dan paling terpercaya di dunia.

Ketika tim investigasi koran ‘Spotlight’ menyelidiki sebuah tuduhan pelecehan seksual di Gereja Katolik, penyelidikan yang dilakukan selama setahun menyingkap setelah selama bertahun-tahun lamanya ditutupi di tingkat tertinggi dari segi agama, berbagai media, polisi dan sistem hukum pemerintah Boston, menyentuh di seluruh dunia. Hal ini disebut sebagai salah satu kisah kejahatan terbesar di zaman modern.

Spotlight bercerita tentang kisah nyata yang terjadi tahun 2001. Marty Baron adalah seorang editor harian Boston Globe memerintahkan tim jurnalisnya untuk melakukan investigasi atas kasus John Geogham Seorang Pastor yang dituduh melakukan pelecehan seksual pada 80 anak laki laki. Para Jurnalis berusaha mengungkap skandal besar yang mengguncang kota dan menggemparjan dunia, karena skandal tersebut melibatkan lembaga tertua dan terpercaya di dunia.

Film tersebut mengingatkan kita akan banyaknya kasus kasus politik, ekonomi, korupsi, persekongkolan kekuasaan yang terjadi di Indonesia seperti halnya kasus mama minta saham freeport, skandal BLBI, skandal Bank Century dan banyak kasus kasus yang berhenti ditengah jalan, orang bertanya tanya dimanakah idealisme para Jurnalisme Indonesia, apakah semuanya masuk dalam katagori jurnalisme damai seperti yang terjadi di zaman Menteri Penerangan Harmoko. Dibandingkan kasus kasus besar di Indonesia apabila ada kemauan keras dari dari para wartawan kasus itu dapat dibuka, karena banyak sekali titik terang untuk membuka tabir, berapa kali KPK mengatakan akan membuka kasus BLBI, Bank Century karena sudah memiliki alat bukti tetapi kembali ditutup, apakah media boleh dipinjamkan alat bukti tersebut? dari film Spootlight terlihat media diberi alat bukti oleh hakim karena transparansi informasi pada masyarakat, masyarakat berhak tahu karena sesuai dengan undang undang mereka.

Wartawan Boston Globe sudah dicukupkan gizinya, bisa bekerja 20jam sehari karena semua kebutuhannya sudah di cukupkan perusahaan dan bandingkan dengan gizi para wartawan Indonesia ada yang merangkap pengendara gojek agar bisa bertahan hidup.

Pertarungan tingkat tinggi selalu menggunakan Uang untuk menutup kasusnya terlihat jelas dalam film Spotlight para hakim, polisi, pengacara menyuap semua orang untuk menutup kasus ini. Termasuk pengakuan sang pengacara bahwa dia sudah memberi informasi tertulis daftar nama para pastor yang terlibat pada Boston Globe tetapi tidak ditindak lanjuti berarti ada orang dalam Boston Globe yang terlibat. Diceritakan juga para jurnalis hampir semuanya beragama Katolik tetapi mereka semua bekerja secara profesional, tidak ada perasaan tabu, ikut menyembunyikan  keburukan moral karena mempunyai iman yang sama, mereka ingin membuka tabir ini agar para pastor  jangan menggunakan tameng agama untuk menutupi kebejatan moral pada anak.

Lihat juga para wartawan Spotlight yang di Indonesia dikatakan aki-aki wajah keriput matang, terlihat wajah amarah pada ketidak adilan, wajah yang muak pada permainan kotor, bedakah dengan wartawan Indonesia silahkan anda nilai sendiri.

Wajah penuh keriput yang berkali kali di close up tentunya sang sutradara ingin menunjukkan penciuman yang tajam sebagai seorang Wacth Dog, atau anjing pengawas pada kegiatan bernegara dan berorganisasi.

Sutradara juga ingin mematahkan stigma bahwa orang muda bukanlah segalanya, hebat, berani dan cerdas, atau stigma wartawan Indonesia jika tua aki aki sudah bau tanah akan sangat mudah dikalahkan oleh orang muda. Terlihat dengan jelas bagai mana seorang pengacara muda, pintar, terkenal menutupi segala kebusukan yang terjadi menyuap aparat penegak hukum, polisi, hakim, jaksa.

Komitmen yang sama antara Jurnalis dan Pemilik Modal

Film ini juga menceritakan bagaimana komitmen pemilik Boston Globe dan para jurnalis, ketika pemimpin redaksi Boston Globe bernama Marty Baron menghadap petinggi Gereja Katolik, ada percakapan seberapa lama anda menghabiskan waktu untuk menginvestigasi kasus ini, apakah dana anda cukup? kondisi ini meggambarkan perusahaan anda akan bangkrut jika melawan kami, tapi Marty Baron hanya tersenyum saja seolah dia tidak takut akan hal tersebut bahwa pemillik modal mempunyai visi dan komitmen yang sama terhadap menyuarakan kebenaran dan mempunyai tugas yang sama pula dari Tuhan untuk memperbaiki moral manusia.

Bandingkan pula dengan para pengusaha media di Indonesia apakah mereka memiliki visi dan misi yang sama dengan para Jurnalis menyuarakan kebenaran tidak terus menerus menghitung profit margin. Atau yang lebih tragis lagi dapat apa saya jika kasus ini diuangkap?

Idealisme pengusaha media yang digambarkan dalam film ini yang paling pas adalah sekelas Rupert Murdock, Raja Media asal Australia, Murdock membangun kekaisaran surat kabar internasional mulai dari Asutralia, Inggris dan Amerika, medianya antara lain The Daily Mirror, The News of The World, The Sun, The New York Post, Fox Network, Dow Jones, The Wall Street Journal, Rupert Murdock menokohkan dirinya sebagai Raja Media yang memiliki jaringan koran, majalah, televisi, situs web yang dibaca miliaran orang.

Apa hikmah yang diambil dari Rupert Mordock? dia mulai dari bawah, tekun, konsisten, mempunyai idealisme yang kuat pada media walaupun Murdock lulusan politik dari Universitas Oxford di Amerika Murdock tidak terjun pada politik walaupun dia pendukung partai republik di AS, tetapi Murdock tidak mau mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden Amerika.

Akankah suatu saat para jurnalis Indonesia mampu membongkar kasus besar seperti Watergate yang mampu melengserkan Presiden Amerika Nixon pada tahun 1974 kita lihat saja perkembangannya. (Thony E.)

http://wartanusantaraku.com/berita/news/1/6179/spotlight-inspirasi-keberanian-perjuangan-idealisme-jurnalis[caption caption="Spotlight"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun