Â
[caption caption="Gambar, tempo.co"][/caption]Mungkin banyak yang percaya kalau Yusril yang maju di pilkada DKI, head to head misalnya, maka Yusril kemungkinan untuk menang sangat besar. Bahkan Yusril sendiri sangat yakin, tentu dia percaya diri dengan pengalaman dan pengetahuan yang dia miliki. Tetapi menurut analisa saya, Yusril bukanlah lawan yang sepadan bagi Ahok. Dan Ahokpun sangat paham dengan itu, itu sebabnya Ahok mendorong Yusril agar maju, sebab Ahok sudah berhitung, tentunya lewat berbagai perhitungan, jika dia berhadapan dengan Yusril, head to head misalnya, maka gampang bagi Ahok untuk memenangkannya. Mengapa? Ini beberapa alasan :
Pertama, Karena yang diperebutkan adalah kursi eksekutif, Gubernur DKI, maka kita membandingkan saat Ahok dan Yusril sama-sama duduk di pemerintahan, biar adil dan aple to aple perbandingannya. Yusril sudah pernah duduk sebagai Menteri di beberapa periode mulai dari Jaman Gus Dur, Megawati hingga SBY, kalau tidak salah di jaman Suharto juga dia punya kedudukan yang baik. Dari semua periode itu, prestasi Yusril biasa saja, tidak ada yang menonjol, mengapa dia sering dipercaya menjadi Menteri, tidak lain tidak bukan, karena posisinya di Partai Bulan Bintang yang punya bargaining position ketika itu, hampir tidak ada yang kita lihat gebrakannya meskipun dia sudah puluhan tahun berada di pemerintahan.
Puncaknya, Yusril dipecat (ressufle) SBY ketika itu, yang di duga ada kaitannya dengan masalah korupsi  yang menjeratnya, meskipun hingga kini kasusnya tidak jelas, tetapi masih segar diingatan kita, Yusril di resuffle ketika itu terkait issu korupsi dan terbukti sudah pernah dipanggil untuk diperiksa, meskipun akhir kasusnya kita tidak tahu seperti apa? Tetapi yang pasti, ending karirnya sebagai eksekutif tidak menyenangkan.
Sebaliknya, Ahok adalah eksekutif yang berprestasi, baik ketika dia sebagai Bupati Bangka Belitung, baik ketika berduet dengan Jokowi sebagai Wakil Gubernur, bahkan semakin menterang sebagai Gubernur DKI saat ini. Sangking banyaknya gebrakan yang dibuat Ahok, kita terkadang terkaget-kaget sekaligus tersadar bahwa ternyata bisa memperbaiki carut marut yang sudah lama membusuk di DKI Jakarta.Â
Dan di tangan Ahok, semua menjadi jelas, kita tersadar, banjir ternyata bisa diatasi, bukan lagi musibah, jika semua orang bekerja bersama-sama. Bahwa ada orang jahat misalnya yang membuang kabel di got-got jakarta agar saluran air tersumbat dan Jakarta banjir, benar, dan itu yang saya katakan tadi, mata kita jadi terbuka ditangan Ahok.Â
Siapa menyangka misalnya Kalijodo bisa digusur hanya sekejap tanpa ada perlawanan, padahal selama ini digambarkan sangat angker. Siapa nyangka misalnya Kampung Pulo bisa bebas banjir, meskipun normalisasi sungai belum selesai. Siapa menyangka misalnya Tanah Abang yang sembraut itu bisa tertib seperti sekarang. Siapa menyangka misalnya sungai-sungai di Jakarta bisa bersih kayak sekarang? Di jaman Fauzi Bowo yang ahli perkotaan itu bahkan sangat kumuh. masih banyak listnya jika kita mau urai semua. Tetapi sudah banyak tulisan tentang prestasi Ahok.
Jika demikian perbandingannya, menurut saya, masyarakat Jakarta bukan lagi masyarakat yang gampang dibodoh bodohin, mereka sudah melihat bukti nyata. Ahok adalah solusi untuk permasalahan mereka.
Kedua, Mari kita bandingkan ketika Yusril dan Ahok sebagai anggota DPR, karena keduanya juga pernah duduk sebagai anggota DPR meskipun bukan dalam periode yang sama.
Ahok ketika menjadi anggota DPR adalah orang yang rajin menggaungkan transparansi. Gaji dan pengeluarannya setiap bulan dilaporkan lewat websitenya, sehingga masyarakat tahu gaji dan pengeluarannya setiap bulan. Demikian juga apa yang sedang dilakukannya di gedung DPR, membahas tentang apa dan sebagainya. Ahok beberkan semua di website-nya sehingga masyarakat yang memilihnya tahu, apa yang sedang dilakukan Ahok.
Berkebalikan dengan itu, Yusril justru tampil hanya sebagai biasa saja dan kita tidak tahu apa yang dia lakukan di gedung DPR, kecuali manuver-manuver politiknya, tidak ada yang kita ingat.