“Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu. Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” Mat. 6 : 22-23
Masih tak habis pikir kita ya, ada saja anggota DPR yang masih saja doyan makan uang rente, meski KPK sudah berulang kali mengkerangkeng para tikus got senayan itu, terakhir KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap salah seorang anggota DPR, perempuan cantik, muda dan sudah kaya.
Selalu pertanyaan mendasar kita adalah kok masih belum jera? Kok tidak ada rasa malu?
Tak kuasa menahan rasa geramnya, Jokowi yang biasanya kalem, tenang, harus membuat status di facebook lewat akun Presiden Joko Widodo, “Pemerintah bersih harus kita praktikkan. Tidak hanya jadi slogan. Bukan hanya ucapan tapi perbuatan. Siapapun yang meminta proyek atau jabatan dengan mengatasnakaman saya, apakah itu dari keluarga, relawan, pejabat atau teman abaikan saja. Sudah banyak laporan yang masuk. Saya ingatkan untuk yang satu ini tidak main-main.” Dan juga lewat twitter @jokowi, “Siapa pun catut nama saya (keluarga/relawan/pejabat/lainnya), minta jabatan/proyek abaikan saja. Pemerintahan bersih harus dipraktikkan -Jkw," pada hari kamis kemarin.
Jokowi mungkin sudah mulai pada tingkatan muak, melihat perilaku para pemburu rente, yang tiada habis-habisnya menggerogoti uang Negara lewat kedudukan, jabatan dan link yang dimiliki oleh para oknum yang seakan tidak pernah puas untuk mengumpulkan harta benda lewat Korupsi Kolusi dan Nepotisme.
Besarnya anggaran yang di fokuskan Jokowi ke bidang insfrastruktur, lewat departemen PU PR, Kementrian Perhubungan, Kementrian Pertanian, dan lain-lain, disinyalir Jokowi akan menjadi bancakan para pemburu Rente, menyadari itu, Jokowi secara terbuka memberikan peringatan kepada masyarakat agar tidak bermain main terhadap pengelolaan anggaran.
Tetapi, jika mata telah gelap, maka kegelapan akan semakin gelap dan seseorang yang gelap mata, akan buta hatinya. Seorang Presiden sekalipun belum tentu di dengar nya, meskipun himbauan itu menurut saya sudah keras, karena harus dikeluarkan dari seorang Presiden.
Jokowi paham benar, tabiat, kebiasaan yang sudah turun temurun ini susah dirubah, sudah berurat berakar, beranak pinak, mungkin banyak juga generasi saat ini yang dibesarkan dan dihidupi dari hasil bancakan orangtua nya, sehingga dia pun tidak punya kepekaan lagi untuk membedakan mana ini hasil korupsi atau hasil jerih payah.
Peringatan Presiden Jokowi yang menurut saya keras ini, menjadi menarik di awal tahun ini untuk dikaji dan disimak agar dapat kita jadikan sebagai bahan pijakan untuk bertindak baik itu para aparatur negara sebagai pengguna anggaran, maupun pengusaha sebagai orang yang berusaha agar profesional dan bertanggung jawab. Demikian juga peringatan ini disuarakan bagi aparat penegak hukum, agar matanya bekerja memelototin dan mengawasi segala kecurangan yang mungkin saja banyak terjadi, terlebih adanya percepatan kinerja yang diinginkan Jokowi di hampir semua lini (aspek).
Penandatanganan kontrak kerja untuk berbagai proyek besar di Kementrian PU PeRa dan Kementrian Perhubungan di awal januari ini membuktikan kepada kita komitmen Jokowi membangun dan mengejar ketertinggalan yang ada, agar Indonesia mampu bersaing, sebab menurut Jokowi, era sekarang adalah era persaingan antar negara. Siapa cepat, dia akan menjadi pemenang.
Untuk itu, menyadari besarnya potensi bancakan dan mata pemburu rente akan gelap melihat segala resikonya, Jokowi telah mengingatkan secara dini.