Tadinya saya berpikir Ridwan Kamil akan menolak undangan dari partai Gerindra dalam menjaring bakal calon gubernur DKI dengan alasan fokus untuk membangun kota Bandung. Tapi ternyata dugaan saya salah, Ridwan Kamil tidak menolak, namun juga belum menerima pinangan partai Gerindra tersebut, dengan alasan Ridwan Kamil ingin mendengarkan dulu di balik pencalonannya dari partai partai yang berminat untuk meminangnya untuk melawan Ahok yang hampir pasti sudah maju baik lewat jalur independen ataupun lewat dukungan partai, utamanya PDIP dan partai Nasdem.
Menjadi menarik, membahas sikap Ridwan Kamil, sebab belum apa-apa, pernyataan para petinggi partai sudah mengkonfirmasi bahwa Gerindra dan PKS sudah sepakat mengusung Ridwan Kamil menjadi pesaing Ahok di DKI. Secara otomatis, calon lain yang diperkenalkan oleh Gerindra kemarin kepada publik hanyalah sebagai penggembira atau hanya dijadikan sebagai cara memunculkan perdebatan pemanasan bakal calon Gubernur DKI pada pilkada serentak tahun 2017.
Jika benar, sudah ada kesepakatan antara petinggi Gerindra dan PKS, maka secara otomatis Ridwan Kamil dapat mencalonkan diri sebab sudah melampaui batas minimal yang dipersyaratkan yaitu minimal 20 kursi di DPRD DKI. Saat ini Gerindra memiliki 15 anggota DPRD dan PKS memiliki 11 anggota DPRD dengan total 26 anggota DPRD di DKI yang menjadi persyaratan untuk mengusung Ridwan Kamil.
Sampai sejauh ini, Ridwan Kamil sudah tenang, tidak perlu repot seperti Ahok yang belum jelas dukungan partai pengusungnya. Ahok hanya berharap kepada Teman Ahok yang hingga kini sudah mengumpulkan lebih dari 600 ribu fotocopy KTP penduduk DKI sebagai syarat mutlak untuk mendukung pencalonan sebagai calon independen. Pengumpulan 1 juta fotocopy KTP warga Jakarta adalah target Teman Ahok untuk membuat aman pencalonan Ahok pada 2017 nanti.
Jika Ahok sudah memastikan maju, Ridwan Kamil menimbang tujuan yang lebih besar. Dugaan saya, jika Ridwan Kamil menerima pinangan partai Gerindra dan partai PKS, bukan untuk tujuan memperbaiki Jakarta agar lebih bagus, sebab jika itu tujuannya, Ridwan Kamil belum menunjukkan dirinya lebih baik membangun Bandung di bandingkan Ahok membangun Jakarta. Jika dilihat dari hasil, mungkin Ahok masih lebih bagus, tetapi dari segi attitude dan kedekatan dengan warga Ridwan Kamil jagonya.
Jika demikian halnya, menurut analisis saya. Jika Ridwan Kamil menerima pinangan Partai Gerindra dan PKS itu, maka ada tujuan yang lebih besar yaitu menuju RI 1 di masa yang akan datang. Bisa kita lihat dari beberapa pertimbangan di bawah ini antara lain :
Pertama, Jika tujuan Ridwan Kamil menerima pinangan itu ingin membangun Jakarta lebih baik, maka logika sederhananya adalah membangun Bandung menjadi lebih baik tidak kalah mulianya jika dibanding membangun Jakarta lebih baik. (yang membedakan adalah posisi Walikota dan Gubernur). Mungkin bisa alasannya mengenai PRIDE...tetapi jika hanya itu, Ridwan Kamil jelas akan melukai hati warga Bandung yang menginginkan Bandung menjadi lebih baik lewat sentuhan Ridwan Kamil. Di saat yang sama, Ahok tidak kurang bagus untuk memberesi DKI Jakarta dan itu sudah terbukti.
Dengan demikian, maka ada tujuan lain.
Kedua, Jika Ridwan Kamil menerima pinangan partai Gerindra dan PKS itu, maka menurut analisa sederhana saya sebagai penggemar kanal politik adalah Ridwan Kamil sedang menjajaki diri ke level Nasional, dan bisa jadi sedang mempersiapkan diri untuk melawan Jokowi di pilpres 2019. Sebab jika RK hanya berkutat di Bandung, dia tak punya waktu untuk mengejar elektabilitas Jokowi hingga 2019. Saat ini saingan terdekat Jokowi dalam elektabilitas masih tetap PRabowo, meskipun sudah sangat jauh perbedaan elektabilitas itu.
Melihat fakta politik saat ini, KMP pecah kongsi, meski mereka mengaku masih solid, tetapi kenyataannya tinggal Gerindra dan sedikit PKS yang abu abu. Dan berangkat dari fakta itu, Jokowi akan semakin menterang di sisa waktu yang ada, dengan banyaknya program program yang sudah jadi nanti di tahun 2017. Itu tentu menyulitkan lawan Jokowi. Menyadari itu, saat ini Gerindra sedang memberikan karpet merah kepada Ridwan Kamil sebagai lawan tanding Jokowi pada tahun 2019.
Jika demikian halnya, Ridwan Kamil perlu berhitung benar mengenai peluang itu. Sebab bisa saja menjadi bumerang bagi karier politiknya.