Saya tidak tahu anggaran yang digunakan untuk membangun fasilitas ini. Apakah anggaran dari pusat? Dengan kucuran APBN? Atau anggaran dari dari provinsi? Atau anggaran pemda kabupaten?
Saya yakin anggaran untuk membangun fasilitas umum itu miliaran rupiah. Sebodoh itukah kita, mampu membangun hingga miliaran rupiah tapi nihil rupiah untuk pemeliharaan? Mengapa para pemimpin di daerah ini seperti tidak memiliki hikmat (Habisuhon).
Bukan itu dibangun untuk mendatangkan wisatawan ke sana, lalu berharap para wisatawan membelanjakan uangnya di sana, lalu kemudian warga yang berdagang bisa mendapatkan untung, tukang parkir mendapatkan penghasilan dan terjadilah pertumbuhan ekonomi baru? Bukankah itu tujuan dibangunnya fasilitas itu?
Nah, kalau dibiarkan kotor, tak terurus! Orangtua manakah yang membiarkan anaknya bermain di tempat kotor seperti itu? Siapa yang tidak muntah ketika memasuki kamar mandi yang bau, penuh dengan aroma kencing dan ee? Ayolah Tobasa, saya bukan nyinyir, ini demi kemajuan Danau Toba kita.
Jauh sebelum Jokowi mencanangkan Danau Toba sebagai salah satu destinasi unggulan pariwisata Indonesia, saya telah banyak menulis tentang Danau Toba baik di Kompasiana maupun di medsos lainnya.
Tulisan ini bertujuan agar anggaran tidak mubazir, harus digunakan untuk kemajuan Bangsa.
Yang menjadi pertanyaan lain bagi saya adalah bagaimana kita mampu menghargai orang, menghargai alam, menghargai para wisatawan, jika kita tidak mampu menghargai apa yang sudah kita bangun?Â
Bukankah setiap pembangunan yang kita bangun didanai dari jerih payah rakyat (pajak)? Kok segampang itu kita menelantarkan bangunan miliaran rupiah?Â
Bukankah setiap rupiah itu susah payah dikumpulkan? Kok se-rendah itu kualitas kita untuk menghargai pembangunan?
Sedih! Jika kita melihat bangunan baru, terlantar, dibiarkan tidak terurus. Seakan kita ini tak mampu untuk memelihara.Â