Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Rentenir? KanKer Rakyat Jelata

4 Februari 2014   18:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:09 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh miris melihat kehidupan nyata di sebagian besar masyarakat kita, terutama di permukiman padat penduduk, dengan pendapatan yang pas-pasan bahkan jauh dari cukup. Jika kita sering memperhatikan mereka, di permukiman itu rata-rata mereka sangat tergantung dengan rentenir yang meminjamkan uang dengan bunga yang sangat tinggi. di sisi yang lain mereka mengkredit barang dengan sistem cicilan, tapi kalo diperhatikan bunganya sangat tinggi.

Dari beberapa permukiman padat yang pernah saya datangi, baik di Jakarta ataupun di sekitarnya, masyarakat sangat ketergantungan dengan para rentenir. berdasarkan informasi dari para masyarakat yg meminjam kepada rentenir, bunga antara 15-25% per bulan. belum dihitung jumlah potongan yg dilakukan di awal antara 5-10 %.

Kita bisa bayangkan jika pinjaman sejuta, berarti bunga yg harus mereka keluarkan adalah 250 ribu per bulan. ini keterlaluan dan sungguh sangat gila.

Masyarakat mau meminjam ke rentenir karna terpaksa, mereka tidak punya akses ke bank. sementara bank membuat persyaratan untuk kredit sangat-sangat sulit untuk dipenuhi masyarakat golongan bawah.

Maka sudah barang tentu masyarakat akan semakin terpuruk ekonominya, dan tak jarang kita lihat betapa banyak bapak membunuh anggota keluarnya karna stress terlilit utang. ini perlu perhatian kita semua agar Indonesia ini tidak terlalu lama terpuruk.

Pemerintah tak bisa tinggal diam, harus membuat kebijakan yang pro rakyat kecil. Mari kita dorong rakyat kecil agar melek dengan dunia perbankan, demikian juga perbankan harus membuat produk perbankan yang memihak kepada rakyat kecil, sebab, jika rakyat kecil semakin sejahtera, ekonomi akan tumbuh, akhirnya dunia perbankan akan menuai hasilnya, karna dana masyarakat yg disimpan di bank semakin besar.

Tetapi aspek psikologi yang paling utama dalam persoalan ini. jika persoalan rentenir semakin berkembang di masyarakat, tingkat kriminalitas juga akan semakin tinggi. Persoalan rentenir juga adalah kanker bagi masyarakat, yang kapan saja bisa membunuh mereka. Rentenir dengan berbagai topeng karna banyak menyebut diri mereka koperasi, menurut saya sudah sangat meresahkan. Rasa malu bagi keluarga yg meminjam kepada rentenir juga harus menjadi pokok perhatian kita semua. karna anak-anak yang dibesarkan dengan rasa malu akan rendah diri dan ini bisa menjadi penyakit masyarakat di masa yang akan datang. dari dampak itu, kita juga dapat menjadi sasaran kejahatan di masa yang akan datang.

Tidakkah kita sadari? Prostitusi, Narkotika, Pembunuhan, Pencurian, dan jenis kejahatan yang lain adalah juga akibat ketidakperdulian kita terhadap sesama kita? padahal kita dapat menjadi sasaran dari contoh-contoh kejahatan itu? sudah saatnya kita perduli. sebab anak cucu kita bisa menjadi korban.

Bank Indonesia harus menertibkan koperasi yg tidak sesuai peraturan, Turun ke bawah, lihat kehidupan nyata masyarakat, buka mata, buka hati anda yg punya wewenang dan kebijakan. Kasihan sama rakyat kecil.

Mereka di teror terus sama kemiskinan, saatnya Pemerintah lebih peduli. dimanapun pemerintahnya, karna sdh hampir di seluruh Indonesia Rentenir bergentayangan.

Rentenir adalah kanker, yg siap membunuh kapan saja.

Mari peduli pada orang kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun