Fahri Hamzah lupa, bahkan tidak tahu sama sekali asal muasal adanya ruang fiskal Rp 230 triliun itu (saya tidak gunakan 250 triliun, sebab lebih terpercaya data Menteri Keuangan). Adanya ruang fiskal yang begitu besar adalah berasal dari berbagai penghematan yang diadakan oleh Jokowi JK seperti pemotongan biaya perjalanan dan rapat, dan berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi lewat perubahan RAPBN 2015 yang akan diajukan ke DPR. Tentu saja berasal dari kenaikan harga BBM yang kemarin diputuskan oleh Jokowi JK dengan sangat berani.
Fahri Hamzah lupa, jika mengacu pada RAPBN yang diajukan oleh SBY, ruang fiskal tidak ada sebesar Rp 250 triliunnya Fahri Hamzah.
Jokowi justru menghargai SBY dengan tidak mempermalukan SBY kepada rakyat, sebab jika Jokowi ingin mempermalukan SBY, itu pasti banyak jalan, sebab ada begitu banyak kekurangan di pemerintahan SBY. Kita bisa lihat betapa geramnya Menteri Susi akibat bobroknya SBY menangani sektor perikanan dan kelautan. Kita bisa saksikan betapa banyak para oknum aparat maupun PNS yang bermain di segala bidang, seperti yang baru terjadi dalam permainan ijin Air Asia. Hampir semua sektor kita bermasalah, akibat peninggalan 10 tahun SBY yang amburadol.
Jokowi justru ingin mencuci piring kotor peninggalan SBY. Sejak Jokowi Presiden, di depan kita terang benderang semua permasalahan. Seharusnya sudah lama kita, harus lebih baik dari kondisi saat ini, jika SBY bekerja dengan baik. Tetapi karena SBY hidup dengan gaya pencitraannya, kita menjadi korbannya, ekonomi kita harusnya bisa melesat, tetapi ditangan SBY, autopilot.
Ah...Fahri Hamzah, anda coba membenturkan Jokowi dan SBY dengan memainkan perasaan SBY yang melow...Pasti gagal!
Salam kompasiana deh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H