Illustrasi gambar Jokowi SBY (itoday.co.id)
Mengutip pemberitaan Kompas.com kemarin, 06 Januari 2015 yang mengatakan ;
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai, pemerintahan Joko Widodo kurang menghargai hasil kerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Padahal, SBY menyiapkan kebutuhan pemerintahan Jokowi.
‎"Itu yang dilakukan Pak SBY sampai beliau mengantarkan Pak Jokowi ke Istana. Iktikad ini harusnya dilihat sebagai kebaikan dari satu pemerintahan yang memberikan warisan yang baik," tutur Fahri di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/1/2015), seperti dikutip Tribunnews.com.
Ia menganggap, SBY meninggalkan "warisan" ekonomi dan politik yang stabil, termasuk APBN dari awalnya Rp 340 triliun menjadi Rp 2.039 triliun dengan ruang fiskal hampir Rp 250 triliun. Dengan dana Rp 250 triliun, kata Fahri, pemerintahan Jokowi dapat membangun berbagai macam infrastruktur.‎
Tetapi saya malah tidak melihat alasan Fahri Hamzah dari sisi mana Jokowi tidak menghargai SBY, Fahri Hamzah tidak ada mengungkapkan disitu, di dalam hal apa Jokowi tidak menghargai SBY. Selengkapnya dapat dibaca :
Tanpa menebarkan kebencian kepada Fahri Hamzah, mari kita sedikit membuka fakta jika kita hubungkan dengan pernyataan Fahri Hamzah diantaranya :
Pertama, Fahri Hamzah mengatakan SBY telah mengantarkan Jokowi ke Istana dengan menggelar karpet merah. Fahri Hamzah lupa, Jokowi bukanlah tipe pemimpin yang senang dengan penyambutan yang seperti itu. Bahkan sejak dia menjadi Presiden, Jokowi telah menghimbau kepada setiap kepala daerah, pejabat daerah, jika Jokowi kunjungan jangan ada penyambutan yang berlebihan. Justru Jokowi tidak nyaman dengan segala rupa penyambutan yang dilakukan oleh SBY terhadap dirinya. Oleh karena Jokowi menghargai SBY lah, Jokowi bersedia menerima penyambutan yang dilakukan SBY.
Jadi Fahri Hamzah tidak pernah memahami Jokowi sebab dia selalu menebar kebencian yang mendalam. Tetapi Fahri Hamzah harus sadar, pernyataannya ini tidak akan berhasil membenturkan Jokowi dan SBY.
Kedua, Jika berbicara ruang fiskal yang begitu besar di tahun 2015, dia katakan sekitar Rp 250 Triliun, tetapi Menteri Keuangan mengatakan ada sekitar Rp 230 triliun (sekali lagi data Fahri Hamzah tidak valid karena banyak tidur di DPR) dikatakan itu adalah jasa SBY.