Wilayah mancanegara (di luar negara agung) dan wilayah pesisir yang diperoleh oleh Pangeran Mangkubumi juga tidak kalah luas.
Menurut Houben dalam Wijanarko (2021), wilayah mancangera yang diperoleh Pangeran Mangkubumi meliputi dua daerah besar, yakni wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.Â
Adapun daerah-daerah tersebut meliputi Madiun, Magetan, Caruban, Pacitan, Kediri, Kertosono, Japan (Ponorogo) Surabaya, Mojokerto, Rembang, Semarang, Selo (Boyolali), dan Kuwu (Grobogan). Selain itu, wilayah pesisir di dominasi oleh wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura).
Dari seluruh wilayah yang telah disebutkan, baik negara agung dan mancanegara, total ada sekitar 87.050 cacah yang dimiliki oleh Pangeran Mangkubumi, dengan komposisi 53.100 cacah untuk negara agung dan 33.950 cacah untuk mancanegara.Â
Menurut Widyatama (2013), cacah adalah suatu sistem penggarapan tanah, di mana semakin tinggi tingkat kepangkatan yang dimiliki oleh seorang patih maka maka akan semakin banyak pula cacah yang dimiliki.
Wilayah-wilayah seperti Kedu, Bagelen, Grobogan, hingga kawasan Pegunungan Jambu (Gunungkidul) dalam sejarahnya sangat terkenal sebagai wilayah-wilayah yang menjadi lumbung padi keraton. Sebab keempat wilayah tersebut adalah yang tidak pernah mengalami paceklik.Â
Menurut Carey dalam Wijanarko (2021), wilayah Kedu dan Bagelen terkenal sebagai wilayah negara agung yang selalu memiliki hasil pertanian yang memuaskan.
Kedu misalnya memiliki 100 jung lahan pertanian dan tercatat menjadi salah satu daerah penghasil beras terbesar di wilayah utara negara agung.Â
Sedangkan, meski wilayah Bagelen (Purworejo) tidak memiliki luas lahan pertanian yang jelas layaknya Kedu. Namun, wilayah Bagelan terkenal sebagai salah satu wilayah penghasil beras di wilayah barat negara agung dan juga menjadi pemasok bahan makanan pokok bagi wilayah Banyumas.
Sementara itu, wilayah pertanian yang dekat dengan pusat pemerintahan, saat itu berada di wilayah Tegalrejo dan Krapayak.Â