Ada trikotomi kendali dibalik belajar dan aktivitas jual beli saham
Kita selalu dihadapkan pada banyak ketidakmungkinan dan ketidakpastian. Namun terkadang, ketidakpastian dan ketidakmungkinan ini bisa jadi membuat kita belajar dan bersiap akan kehadirannya. 2.000 tahun yang lalu sebelum masehi, seorang filsuf Yunani bernama Zeno melahirkan suatu aliran filsafat bernama stoa (filsafat teras). Salah satu buah pemikiran darinya yang membuat penulis tersadar adalah dikotomi dan trikotomi kendali.
Dikotomi dan trikotomi kendali dalam filosofi stoa dapat dianalogikan sebagai ketidakpastian dan ketidakmungkinan itu sendiri. Menurut Manampiring (2019), dikotomi kendali adalah segala sesuatu yang bertolak dari luar dan seutuhnya tidak bisa kita dikendali. Ada berbagai contoh mengenai dikotomi kendali, seperti hujan deras yang tidak bisa kita suruh untuk reda dalam waktu lima menit, atau pasangan yang tidak bisa kita kendalikan untuk berhenti marah-marah.
Sedangkan, trikotomi kendali adalah berbagai hal yang sejatinya mirip seperti dikotomi kendali, namun dalam konteks ini kita sebagai manusia mampu untuk mengendalikan sebagiannya. Dalam trikotomi kendali, kita hanya bisa mengendalikan satu hal dalam hidup kita, yakni pikiran dan rasa kita sendiri. Ada berbagai contoh soal trikotomi kendali, namun dalam ulasan artikel kali ini, penulis akan fokus pada kegiatan belajar serta jual beli saham.
Pada hari Sabtu tanggal 25 September 2021, penulis bersama dengan teman-teman kompasianer dari komunitas Kompasianer Jogja (Kjog) baru saja menyelenggarakan dan mengikuti sebuah acara yang bertajuk "Bisa Apa Dengan 100 Ribu, Cara Praktis Trading Saham Untuk Pemula". Acara ini diselenggarakan di resto Borobudur Silver, yang berlokasi di Jl. Menteri Supeno No. 41, Sorosutan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Acara dimulai tepat pada pukul 16.30 WIB, dan diawali pembukaan oleh Selly Sagita, selaku pemilik usaha dan kemudian dilanjutkan oleh moderator, Florentina Retno. Setelah pembukaan dan perkenalan singkat, acara kemudian dilanjutkan dengan materi utama yang dibawakan oleh Eko Indriyanto. Eko, selaku pemateri utama di awal sesi sudah memberi nasihat, bahwa ketika memutuskan untuk belajar saham maka ada berbagai resiko yang harus dihadapi. Â
"Resiko yang harus dihadapi saat bermain saham adalah rugi dalam skala besar. Karena ruginya bisa besar sekali, jadi disamping bermain saham kita juga harus sering-sering membaca berita dan mengikuti perkembangan isu, supaya punya keputusan yang tepat", tutur Eko.
Menurut Eko, dengan membaca berita dan mengikuti perkembangan isu-isu yang terjadi di media massa online atau di media sosial, kita akan menjadi lebih mudah dalam mengetahui berbagai faktor resiko yang dapat terjadi di kemudian hari ketika akan membeli saham, seperti misalnya terhindar dari resiko saham-saham yang digoreng oleh berbagai tokoh publik tertentu yang dapat mempengaruhi perputaran uang di pasar modal.
"Misalnya kayak kemarin, waktu Elon Musk mau bangun pabrik Tesla di Indonesia, saham Antam (Aneka Tambang) langsung the moon. Ini jelas banget kan bahwa kita harus hati-hati dan bersabar. Karena kasus kayak gini contohnya belum mencapai keputusan final dan beresiko banget buat menjatuhkan harga komoditas fisiknya", ujar Eko.