Kesejatian jiwa bangsa Indonesia itu, pertama-tama bisa ditemukan dari rempah-rempah.
Beberapa waktu yang lalu, penulis baru saja selesai membaca sebuah majalah edisi khusus yang dterbitkan oleh National Geographic Indonesia. Secara eksklusif, majalah ini membahas tentang hikayat perjalanan komoditas rempah dari bumi Nusantara yang sangat melegenda itu.
Dengan tajuk “Merapah Rempah” (2021), majalah ini seakan-akan ingin membawa kita kembali melihat, bagaimana benda “eksotis” ini memicu pergolakan sejarah yang sangat besar di dunia.
Majalah ini patut diapresiasi. Karena ada banyak dimensi dari komoditas rempah yang bisa diulas ke banyak bidang kehidupan kita hari ini.
Kesimpulan akhir yang bisa penulis dapat dan sangat menginspirasi setelah membaca adalah bagaimana kita orang Indonesia sejatinya bisa mencari tahu identitas kebangsaan kita yang sejati mulai dari rempah-rempah. Kesimpulan ini sampailah menggiring penulis untuk membuat sebuah artikel yang akan menceritakan kisah menarik ini.
Rempah pada saat itu berkembang menjadi sebuah komoditi yang sangat penting, bersamaan dengan populernya sutra sebagai bahan baku tekstil dan berbagai komoditas lain, seperti porselen, kaca, kapas, dupa dan lainnya.
Bisa dibilang, peradaban dan perdagangan rempah pada saat itu lahir bersamaan pula dengan dibukanya jalur sutra darat. Namun, dalam perkembangannya rempah ternyata justru mendapat tempat yang sangat istimewa sebagai komoditas.
Tidak seperti sutra maupun komoditas lain, rempah ternyata banyak di distribusikan lewat jalur maritim. Jalur ini akhirnya dikenal sebagai jalur rempah atau jalur sutra maritim.
Jalur ini menghubungkan wilayah yang lebih luas cakupannya, mulai dari Asia Timur; Asia Tenggara; Asia Selatan; Timur Tengah; Mediterania hingga pendalaman benua Eropa. Bisa dibayangkan, betapa kompleks; penting dan berharganya rempah sebagai sebuah komoditas dagang pada zaman itu.
Rempah pada abad itu menjadi salah satu komoditas bumi yang sangat penting, karena ada berbagai manfaat penting yang bisa di dapat lewat rempah. Menurut Gardjito dkk, dalam buku Gastronomi Indonesia Jilid I (2019), rempah saat itu dipercaya oleh masyarakat Eropa sebagai obat dari segala macam penyakit; obat keperkasaan seksual; pengawet makanan; bumbu dapur hingga sebagai penangkal wabah penyakit yang “ajaib”.