Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Masa Depan Pekerjaan Setelah Covid-19

9 Desember 2020   08:00 Diperbarui: 8 September 2022   23:00 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krisis keuangan semakin nyata di depan mata | coaction.id

Covid-19 banyak membuat orang kehilangan pekerjaan. Lalu, bagaimana situasi dari dunia profesi kita di masa mendatang?

“Budaya kerja kita di masa depan sejatinya akan terus dilaksanakan dalam bentuk daring”. Kutipan kalimat tersebut kedengarannya cukup naif untuk dipahami oleh kita yang selalu optimis terhadap akhir dari pandemi Covid-19. Rasa optimis ini tentu saja muncul dari berbagai pemberitaan, yang mewartakan beberapa penemuan dan keberhasilan dari serangkaian uji coba vaksin. Rasa optimis ini tentu sama sekali tidak salah untuk ditanamkan di akal kita masing-masing.

Namun, kita melupakan satu hal yang sangat esensial. Yakni, Covid-19 telah berhasil memaksa kita untuk melahirkan sebuah habitus baru yang lekat dengan berbagai protokol kesehatan. Salah satunya adalah berubahnya budaya kerja kita ke bentuk daring, demi menghindari kerumunan agar tidak saling menularkan. Situasi krisis dari perubahan habitus ini, tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah bentuk kenyamanan tersendiri bagi kita di masa depan.

Jika habitus ini berkemungkinan menjadi sebuah bentuk “kenyamanan baru”, lalu bagaimana gambaran yang cukup kredibel untuk dapat memahami situasi budaya kerja kita di masa depan? Maka dari itu, dalam tulisan artikel kali ini, penulis akan membahas tentang masa depan pekerjaan kita setelah pandemi Covid-19. Tulisan pada artikel kali ini akan tetap menggunakan sudut pandang dari Jason Schenker untuk melihat fenomena ini secara lebih visioner.

Dalam bukunya yang berjudul Masa Depan Dunia Setelah Covid-19 (2020), Schenker menyebutkan bahwa kita saat ini sedang ada disebuah momen ambivalensi dan titik balik. Ambivalensi mengacu pada munculnya perasaan negatif dari hilangnya sensasi kerja secara fisik, dan munculnya perasaan positif dari berbagai manfaat aktivitas kerja yang dirumahkan, seperti kerja dapat menjadi lebih fleksibel, dapat menghemat uang, terhindar dari penularan dan lainnya.

Sedangkan, konteks dari titik balik disini mengacu pada berbagai kemampuan yang saat ini mungkin bisa dilakukan oleh sebuah perusahaan, yang sebelumnya mungkin mustahil. Beberapa contohnya adalah melakukan lebih banyak kerjasama dengan freelancer, lebih banyak menyerap tenaga kerja fresh graduate, menghapus berbagai biaya operasional yang tidak produktif dan masih banyak lagi. Dua momentum inilah yang kemudian kita kenal sebagai “adaptasi baru”.

Adaptasi inilah yang sejatinya memaksa kita untuk memikirkan dan memikirkan segala bentuk habitus baru yang boleh dilakukan selama mode krisis. Dalam ranah profesi yang saat ini hampir semuanya berubah ke daring, Schenker menemukan ada tiga jenis pekerjaan yang perlahan terlihat petanya. Ketiga jenis pekerjaan tersebut antara lain pekerjaan esensial, pekerjaan pengetahuan dan pekerjaan lapis ketiga atau biasa dikenal sebagai jasa yang menjual produk tersier.

Pandemi Covid-19 mengancam keberlangsungan tren pasar kerja di masa depan | katadata.co.id
Pandemi Covid-19 mengancam keberlangsungan tren pasar kerja di masa depan | katadata.co.id

Mari kita bahas satu persatu untuk tahu perbedaannya. Pekerjaan esensial adalah jenis pekerjaan yang harus mengutamakan kehadiran. Jenis pekerjaan yang satu ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ada dalam lingkaran kebutuhan primer atau yang berkaitan dengan industri lainnya, yang memungkinkan roda ekonomi terus berputar. Pekerjaan-pekerjaan tersebut seperti perawatan kesehatan; manufaktur; pertanian; kebersihan; rantai pasokan; pasar uang dan lainnya.

Jenis pekerjaan yang kedua adalah pekerja pengetahuan. Pekerja pengetahuan yang dimaksud adalah semua orang yang secara teknis dapat mengerjakan semua pekerjaan mereka dari jarak jauh. Jenis pekerja ini, awalnya sangat identik dengan mereka yang berprofesi sebagai freelancer, seperti content writer, desainer, copywriter dan lainnya. Namun sekarang, hampir semua bidang professional, seperti keuangan dan teknologi termasuk pendidikan, bisa dikerjakan dari jarak jauh.

Yang terakhir, kategori pekerjaan lapis ketiga adalah semua jenis pekerjaan yang mencakup selain kedua kategori pekerjaan diatas. Pada bagian awal dijelaskan, jenis pekerjaan ketiga ini kebanyakan lekat dengan pekerjaan jasa yang menjual produk tersier dan hiburan. Beberapa pekerjaan tersebut seperti restoran, kafe, salon kecantikan, bioskop, dekorasi dan lainnya. Sayangnya, tidak semua pekerjaan ini bisa dikerjakan dari jarak jauh dan tidak terlalu esensial.

Dari ketiga jenis pekerjaan diatas, menurut pandangan Schenker, jenis pekerjaan kategori ketiga atau lapis ketiga adalah jenis pekerjaan yang paling rawan untuk bisa terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) jika dunia bisnis, ekonomi dan keuangan sedang dihantam krisis, seperti sekarang. Namun, tidak menutup kemungkinan juga, jika kategori pekerjaan satu dan dua tidak terkena PHK. Lalu, kira-kira apa pekerjaan yang potensial dan aman di masa depan menurut Schenker?

Dalam buku Masa Depan Dunia Setelah Covid-19 (2020), Schenker memproyeksikan jika pekerjaan menjadi seorang tenaga kesehatan akan menjadi salah satu tren besar di masa mendatang. Dikutip dari medium.com, berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh World Economic Forum, menyebutkan bahwa profesi dibidang kesehatan atau sebagai praktisi kesehatan (dokter, perawat, dll) adalah pekerjaan yang cukup menjanjikan, termasuk di Indonesia.

Kenapa pekerjaan di bidang kesehatan bisa dinilai cukup menjanjikan? Yang pertama adalah karena jumlah penduduk kita semakin bertambah banyak, yang memungkinkan orang mengalami masalah kesehatan yang semakin beragam. Yang kedua adalah angka harapan hidup manusia terus meningkat dan ini mengisyaratkan kebutuhan terhadap nakes (tenaga kesehatan) untuk merawat manula yang makin banyak. Dan yang terakhir adalah kebal terhadap resesi.

Krisis keuangan semakin nyata di depan mata | coaction.id
Krisis keuangan semakin nyata di depan mata | coaction.id

Pekerjaan dibidang kesehatan adalah salah satu pekerjaan yang sangat kebal terhadap resesi. Hal ini disebabkan oleh sifat pekerjaannya yang sangat esensial, apalagi ditambah dengan situasi dan masalah pandemi yang terjadi seperti saat ini. Bidang kesehatan adalah sebuah konstanta yang akan terus dibutuhkan orang, terlepas dari ketidakpastian dalam dunia ekonomi, volatilitas pasar finansial, otomatisasi, resiko pandemi dan lainnya (Schenker, 2020).

Selain pekerjaan dibidang kesehatan yang akan bertambah banyak, mari sejenak kita juga melihat, tren pekerjaan apa yang beberapa tahun belakangan ini juga ikut meledak di Indonesia. Berdasarkan data yang dikutip dari prakerja.go.id, terhitung mulai dari bulan Oktober 2019- Oktober 2020, pekerjan dibidang IT serta penjualan dan pemasaran mendapatkan porsi minat yang sangat besar. Ada berbagai macam faktor yang melatarbelakangi tumbuhnya pekerjaan ini.

Menurut Schenker, kebutuhan manusia terhadap AI, otomatisasi, robotik dan rantai suplai (supply chain) yang semakin meningkat pesat adalah beberapa faktor utamanya. Berbeda seperti halnya kesehatan yang sudah punya nilai esensial sejak dulu, AI, otomatisasi, robot dan rantai suplai menjadi suatu hal primer saat ini karena teknologi kita juga ikut semakin berkembang pesat. Maka dari itu, saat ini teknologi sudah menjadi “kebutuhan dasar baru”, bukan lagi sekadar nyaman.

Otomatisasi akan menjadi hal yang penting, karena orang sendirian tidak akan bisa untuk melakukan segala hal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rantai pasokan (Schenker, 2020). Disini kita akan melihat juga berbagai inovasi teknologi yang perlahan-perlahan terus ditekan sampai batas-batas kapabilitasnya, untuk semakin menopang pergerakan ekonomi dan memenuhi permintaan pelanggan yang juga semakin meluas.

Selain pekerjaan di bidang IT serta pemasaran dan penjualan, pekerjaan di bidang pengetahuan akan juga semakin meningkat pesat. Jenis pekerjaan yang masuk ke kategori pekerjaan kedua ini, dapat dikerjakan dari jarak jauh oleh siapapun, termasuk para professional. Dengan memanfaatkan perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi, kita tetap bisa dapat peluang untuk masuk di pekerjaan ini, bahkan dalam masa disruspsi akibat pandemi seperti sekarang.

Dengan bekerja jarak jauh, ada berbagai nilai tambah yang bisa didapatkan oleh pekerja. Dengan kerja jarak jauh, pekerja akan lebih bisa menghemat waktu, menghemat bahan bakar, biaya transportasi, dan pengeluaran operasional harian lainnya. Selain itu, nilai tambah bagi perusahaan terasa dampaknya pada sisi penghematan biaya operasional kantor, peralatan kantor, pajak bangunan, fleksibilitas ruang kerja kantor dan berbagai manfaat baik lainnya.

Dari artikel ini, kita bisa merefleksikan, situasi pekerjaan kita di masa depan, akan semakin penuh dengan tantangan untuk bisa mendapatkannya. Sehingga, sebagai generasi muda, kita perlu mempersiapkan dan mengantisipasi segala faktor X yang bisa terjadi kapanpun. Maka dari itu, bersiaplah dan berjaga-jagalah kita kawula muda untuk menghadapi segala ketidakmungkinan yang akan terjadi. Semangat! Kita Pasti Bisa dan Semua Akan Baik-Baik Saja!

Daftar Pustaka:

Schenker, J. 2020. Masa Depan Dunia Setelah Covid-19. Ciputat. alvabet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun