Penjajahan mungkin akan selalu membawa duka dan air mata. Tetapi siapa sangka, bahwa penjajahan sejatinya juga akan menciptakan sebuah kebudayaan baru dalam sejarah manusia
Pernahkah anda membayangkan gambaran seorang noni Belanda yang mengenakan kebaya atau seorang pemuda Jawa yang mengenakan setelan jas berawarna putih yang lengkap dengan berbagai atribut berbau Eropa mulai dari dasi kupu-kupu, sepatu kulit hitam mengkilap hingga sebatang pulpen yang selalu diselipkan di saku baju?Â
Sejarah penjajahan Belanda memang banyak memberi kontribusi mulai dari akulturasi hingga asimilasi budaya antara bangsa Pribumi dengan Belanda. Bentuk akulturasi dan asimilasi ini berkembang di banyak aspek kehidupan, seperti fesyen, musik, kuliner dan pendidikan.Â
Peristiwa mengenai akulturasi dan asimilasi budaya antara pribumi dengan Belanda konon katanya juga menjadi cikal bakal kelahiran kebudayaan Indonesia modern. Cikal bakal kebudayaan tersebut sering kali disebut dengan kebudayaan Indis.
Kebudayaan Indis menurut Fadly Rahman dalam bukunya yang berjudul RIJSTAFEL Budaya Kuliner Di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942 (2016: 18) adalah sebuah kebudayaan yang berkembang sejak akhir abad ke-18 sampai memasuki abad ke-19.Â
Kebudayaan ini lahir karena adanya peristiwa pernikahan silang antara laki-laki Belanda dengan perempuan Pribumi yang kemudian diikuti dengan adanya bentuk pertukaran kebiasaan antara kedua pihak. Pertukaran kebudayaan ini semakin menguat sejak memasuki abad ke-19 karena didukung dengan adanya perubahan kondisi politik, sosial dan ekonomi.Â
Perubahan ini mengakibatkan seluruh lapisan masyarakat kolonial saat itu baik itu Belanda dan Pribumi harus mampu beradaptasi dan bersahabat dengan kultur, penduduk dan segala bentuk kebiasaannya. Namun, proses adaptasi yang dijalani untuk bisa membentuk kebudayaan Indis pun terbilang memakan waktu yang cukup lama karena diikuti oleh naik turunnya tensi politik kolonial kala itu.
Kebudayaan Indis semakin tumbuh dan berkembang karena adanya berbagai unsur-unsur yang saling mengisi dan melengkapi dalam prosesnya. Adanya unsur-unsur yang saling mengisi dan melengkapi inilah yang kemudian secara tidak langsung justru membuat sebuah ruang khusus yang di dalamnya ada kegiatan pertukaran mental antara Pribumi dengan Belanda.Â
Pertukaran mental ini pun praktis akan membuat sebuah tatanan baru yang berimplikasi pada meningkatnya kesejahteraan dan status bagi kedua pihak. Meningkatnya kesejahteraan dan status praktis juga akan mengubah pola gaya hidup kedua pihak.Â