Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melihat 6 Karakter Media Baru dari Vice Indonesia

2 September 2019   11:53 Diperbarui: 12 September 2022   23:38 4091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo resmi dari media Vice Indonesia | jiwajiwa.com

Vice Indonesia dan semaraknya perkembangan industri media baru di Indonesia. 

Dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini, kita melihat ada begitu banyaknya media-media baru berbasis online yang muncul dan meramaikan jagat arus informasi di Indonesia. Kemunculan berbagai media baru tersebut tentunya tidak terlepas dari bergesernya selera konsumen media yang saat ini lebih banyak mengakses informasi dan hiburan dari gawai mereka masing-masing. Pergeseran selera konsumen ini tidak terlepas dari meledaknya akses dan kebutuhan akan internet di Indonesia. 

Menurut Karnadi (2021), angka pengguna internet di Indonesia sendiri pada tahun 2019 sudah mencapai 150 juta pengguna atau tiga perempat dari penduduk Indonesia telah mengakses dan menggunakan internet untuk berbagai keperluan mereka sehari-sehari. Tingginya akan pengguna internet di Indonesia tentu saja menjadi ceruk pasar sangat "seksi" untuk tumbuh suburnya media-media baru yang menawarkan tampilan serta gaya informasi yang segar dan kekinian dengan selera kawula muda. 

Menurut Dewan Pers (2020), hingga di tahun 2019 saja ada sekitar 43.000 media online yang beroperasi di Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki pangsa pasar media online yang sangat meggiurkan untuk pelaku usaha media dan kreatif. Hal ini kemudian mengundang atensi dari para pemilik media untuk membuka media atau membuka biro baru mereka di Indonesia, baik itu adalah media online dari dalam negeri atau pun media oline milik perusahaan asing. 

Salah satu media online miliki perusahaan asing yang membuka biro medianya di Indonesia sebagai imbas dari tingginya angka pengguna internet di Indonesia adalah Vice Indonesia, milik Vice Media Group. Seperti dikutip dari Wicaksono (2017), Vice Indonesia adalah sebuah media online miliki Vice Media Group yang resmi beroperasi di Indonesia pada kisaran bulan November awal tahun 2016. Kehadiran Vice Indonesia sendiri semakin melengkapi presensi Vice Media Group di pasar Asia, setelah sebelumnya mereka berhasil membuka biro mereka di beberapa negara lain, seperti Belanda, Inggris, Spanyol, dan lainnya. 

Dalam tulisan artikel kali ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk berkenalan secara lebih jauh dengan Vice Indonesia sebagai sebuah media online. Penulis juga akan mengajak pembaca untuk mengeksplorasi karakteristik dari Vice Indonesia dalam konteks pembahasan media baru atau new media menurut pemahaman Lister et al. Eksplorasi mengenai karakter dari segi media baru ini bertujuan untuk melihat fitur, keunikan, serta strategi yang dibawa oleh Vice Indonesia.  

Sejarah Vice Dari Masa Ke Masa dan Urgensi Bisnis Media Online 

Namun, sebelum kita masuk pada pembahasan utama, ada baiknya jika terlebih dahulu kita menyinggung soal sejarah dari Vice Media Group, induk perusahaan dari Vice Indonesia. Vice atau Vice Medi Group perusahaan media asal Montreal, Kanada yang sudah berdiri sejak tahun 1994 dan kini telah memiliki sekitar 35 biro media di 28 negara yang berbeda, serta Vice Media Group memiliki layanan konten bahasa yang beraneka ragam, yakni sebanyak 22 bahasa yang berbeda (Hutomo, 2019). 

Vice Media Group awalnya berdiri sebagai sebuah majalah musik punk bawah tanah (underground countercultural music) yang memiliki nama perusahaan Voice of Montreal. Selain berfokus pada topik musik punk bawah tanah, Vice Media Group juga terkenal sebagai media yang memiliki fokus pemberitaan pada ranah seks, fesyen, rekreasi obat-obat terlarang atau napza, serta seni dan budaya sub-kultur yang masih satu frekwensi dengan musik punk bawah tanah (Kalvo, 2015). 

Menurut Zippia (n.d), di tahun redaksi pertamanya, Voice of Montreal membagikan majalah-majalah mereka di pinggiran jalan kota Montreal serta di berbagai toko kaset setempat untuk mengundang animo banyak warga Montreal akan kehadiran media yang membahas tentang topik sub-kultur tersebut. Pada tahun 1996, Voice of Montreal kemudian me-rebrand nama usahanya menjadi VICE dan tiga tahun kemudian, Vice memindahkan kantor pusatnya ke New York, Amerika Serikat dan di tahun 2000 Vice mulai merambah pasar media online, seiring tumbuhnya angka pengguna internet di Amerika Serikat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun