Rutinitas pagi hari saya lakukan seperti biasa. Bangun tidur, berdoa, sedikit melemaskan kaki dengan jogging, kemudian mandi dan bersiap pergi bekerja. Namun, di hari itu saya menemukan bahwa bahan bakar motor saya, yang sudah saya pakai sejak kuliah tahun pertama, rupanya tinggal sedikit. Hal itu terlihat dari meterannya yang "nangkring manja" di huruf E.Â
Mungkin secara etimologis, developer kendaraan bermotor terispirasi dari dua bahasa untuk menyimbolkan habisnya suatu bahan bakar. Bahasa Inggris dan Jawa. Tak perlu berlarut-larut, saya kemudian mampir ke sebuah pom bensin plat merah untuk membeli minum "Napoleon", nama yang saya berikan untuk motor saya.
Bahan bakar pun diisi, kebetulan saat itu saya mengisi penuh. Seperti biasa transaksi yang terjadi antara dua manusia beradat, saya mendapatkan "barang" nya, penjual mendapatkan "bea" nya. Selembar uang bergambar Bapak Alm. Otto Iskandar Dinata pun saya keluarkan sebagai alat tukar yang sah.Â
Saya memberikan uang tersebut kepada petugas pengisian bahan bakar. Sembari memberi, ucapan terima kasih pun saya lempar. Namun seperti lemparan frissbee yang asal dilempar, ucapan saya tersebut tidak dilempar kembali. Alhasil, saya pun bertanya apa yang salah pada diri saya.
Dalam perjalanan ke tempat kerja, saya bertegun dan berpikir. Apakah dalam transaksi jual beli, seorang konsumen atau pedagang yang mengucapkan terima kasih? Hal ini akan saya bahas menurut hemat saya.Â
Secara translasi, ke dalam bahasa Inggris terima kasih diartikan sebagai thank you. Menurut kamus Merriam-Webster, definisi dari thanks sendiri adalah ungkapan syukur atas sesuatu. Syukur disini adalah berterima kasih atas sesuatu yang diberikan. Misalnya kasih sayang dari orang tua, atau contoh mudah dan umum, adalah mendapat pinjaman uang dari handai taulan. Hehehe bercanda.
Arti dalam bahasa Indonesia juga secara garis besar sama dengan kamus Merriam-Webster tersebut. Terima kasih artinya adalah mengucap syukur atas apa yang diberikan, serta ucapan yang diberikan untuk membalas kebaikan orang lain terhadap kita. Arti frasa ini sangat luas cakupannya. Tidak disebutkan leboh lanjut arti secara mendalam.Â
Menurut hemat saya, terima kasih selain ungkapan syukur, merupakan ungkapan afirmatif. Dimana penerima frasa ini merasa bahwa apa yang sudah ia berikan kepada lawan bicaranya sudah diterima dengan utuh. Contoh dalam dunia digital ini adalah apabila kita memesan barang secara daring, maka kita akan memberikan konfirmasi kepada penjual barang tersebut.Â
Dalam penjelasan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ucapan terima kasih patut diberikan kepada dua pihak yang saling bertransaksi. Kita hidup di jaman dimana suatu pengakuan sangat "diagungkan".
Maksud diagungkan disini sangat general. Mungkin perlu saya tarik kesimpulan dengan kata yang cukup digemari anak muda jaman sekarang, yaitu baper A.K.A. bawa perasaan. Segala sesuatu harus diakui, harus lembut, harus ada balasannya. Nah, dalam poin harus ada balasannya ini, tema bahasan saya berbicara. Harus adanya pengakuan atau balasan dari kedua belah pihak yang bertransaksi.
Pada kepercayaan yang saya anut, ada suatu istilah yaitu "Apabila kamu ditampar pipi kiri, maka berikanlah pipi kanan mu". Sebagai penganut kepercayaan tersebut, tentu saya berpikir cukup aneh apabila ditampar pipi kiri, malah diberikan pipi kanan, kan sakit nya double.