Mohon tunggu...
Thomas Mulia
Thomas Mulia Mohon Tunggu... -

Idea Shaper.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tepukan di Pundak

31 Oktober 2012   10:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:10 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepukan di Pundak
Seorang anak muda di usia dua puluhan sendirian di kantin dekat kampusnya. Hari itu adalah hari yang buruk baginya. Dia lupa membawa tugas kuliahnya, kehilangan dompetnya dan entah mengapa hari itu locker yang dia miliki tidak bisa dibuka. Saat sedang merenungi nasib sialnya di hari itu seorang temannya menepuk pundaknya dan berkata “Semangat!!” lalu pergi sambil lalu. Pemuda ini yang langsung sadar dari lamunannya tersenyum mendengar perkataan temannya itu dan melanjutkan kegiatannya hari itu.
Entah mengapa tepukan di pundaknya dan perkataan temannya itu benar-benar menjadi semangat baru baginya, dia mulai melangkah dengan lebih mantap menuju kampusnya. Di tengah jalan dia menemui seorang gadis kecil miskin yang biasa mengemis di trotoar dekat kampusnya. Biasanya pemuda ini hanya melalui gadis kecil ini tanpa memperdulikannya tapi karena moodnya mendadak bagus dia merogoh tasnya dan mengeluarkan buku kosong dengan pulpen dan memberikannya pada gadis itu sambil berkata "untuk belajar.."
Anak kecil ini mengambilnya sambil tersenyum senang, itu adalah buku pertama bagus dan bersih yang pertama kali dia dapat dalam hidupnya. Dari buku pemberian anak muda itu anak kecil ini belajar setiap hari dan menulis di buku itu. Gadis kecil ini nantinya mendapat beasiswa di sekolahnya, meraih prestasi di pelajarannya kembali mendapat beasiswa setalah lulus sekolah di universitas terbaik di negerinya
Hingga bertahun-tahun kemudian dia naik ke atas mimbar sebagai seorang presiden yang paling di kagumi rakyatnya. Di salah satu pidatonya sang presiden mengangkat buku tulis tua yang robek sana-sini sambil berkata dengan tersenyum “tanpa buku ini saya tidak akan berdiri di hadapan anda sekalian sekarang..” semua terjadi hanya karena “sebuah” tepukan di pundak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun