Mohon tunggu...
Thomas E. Kabu
Thomas E. Kabu Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Pegiat Literasi

Pendiri Rumah Literasi Thomas Edison Kabu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Membangun Budaya Literasi dengan Pemanfaatan Bahan Bacaan Cerita Rakyat

23 April 2021   09:51 Diperbarui: 23 April 2021   09:52 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Thomas E. Kabu, S.Pd (Dok. pribadi penulis)

Buku adalah jendela dunia. Kunci untuk membukanya adalah membaca. Ungkapan ini secara jelas menggambarkan manfaat membaca, yakni membuka, memperluas wawasan dan pengetahuan seseorang.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa lingkungan, terutama keluarga, merupakan faktor penting dalam proses pembentukan kebiasaan membaca. Kemampuan membaca mempunyai peran dan menjadi salah satu kunci dalam kesuksesan dikehidupan seseorang karena setiap informasi dan pengetahuan apapun yang diperoleh tidak terlepas dari kegiatan membaca. Tidak berbeda dengan membaca, menulis pun memiliki peran tersendiri bagi kehidupan seseorang. Perkembangan teknologi dan informasi pada abad 21 ini telah mengubah cara pandang seseorang dalam belajar, mengubah sifat pekerjaan yang manual menjadi berbasis komputer.

Selain itu, perkembangan teknologi juga memberikan dampak perubahan pada makna hubungan sosial yang jauh menjadi lebih dekat tanpa terkendala jarak. Pada era ini, pengambilan keputusan bersama, beradaptasi, dan berinovasi menjadi salah satu aspek yang sangat penting. Oleh karena itu, sekolah ditantang untuk mampu membuat peserta didik memiliki kecakapan dalam berkomunikasi, berbagi, berpikir kritis, menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah, beradaptasi dan berinovasi serta memperkaya kemampuan teknologi untuk menciptakan pengetahuan baru.

Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2013 mencanangkan sebuah gerakan literasi sekolah untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkan budaya membaca dan menulis dilingkungan sekolah. Literasi telah menjadi isu terkini yang selalu dibicarakan. Penuh keyakinan bahwa masa depan bangsa dititipkan lewat kemampuan literasi anak negeri, membuat dunia pendidikan berkomitmen mengembangkan kegiatan literasi membaca.

Aktivitas membaca memang mudah, tetapi ternyat sulit untuk memahami makna sebuah tulisan. Ada yang mampu tentang literasi, tetapi tidak mau mengembangkan literasi. Sehingga kualitas literasinya berkurang. Banyak aspek yang memungkinkan tak peduli dengan literasi. Kebiasaan terhadap segala sesuatu yang praktis, membuatnya tidak mengetahui bahwa proses berkembang itu dengan membaca. Seringkali kita mengabaikan dan meremehkan hal- hal kecil.

Kegiatan literasi memang merujuk pada kemampuan dasar seseorang dalam membaca dan menulis. Sehingga selama ini, strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut adalah menumbuhkan minat membaca dan menulis. Strategi membaca dengan bahan bacaan cerita rakyat merupakan langkah awal untuk membiasakan gemar membaca. Membaca merupakan salah satu hal yang penting dalam segala macam proses pembelajaran. Melalui membacalah berbagai ilmu pengetahuan yang dapat mengantarkan kita pada suatu keberhasilan.

Selaras dengan pernyataan tersebut, terlihat bahwa kemampuan literasi membaca sangatlah dibutuhkan para peserta didik seiring dengan pesatnya perkembangan informasi dan teknologi di masa sekarang ini. Hanggi (2016) menyatakan bahwa literasi membaca dapat menjadi sarana bagi peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkan di sekolah. Literasi dasar, termasuk literasi membaca, sudah selayaknya perlu ditanamkan sejak pendidikan dasar. Hal tersebut diperlukan agar peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya dalam upaya mengakses informasi ataupun ilmu pengetahuan. Pentingnya literasi juga disampiakan oleh Kemendikbud (2016) bahwa budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kemampuan peserta didik untuk memahami informasi secara analitiss, kritis dan reflektif. Pemerintah juga telah mencanangkan program Gerakan Literasi Bangsa (GLB) yang bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya literasi yaitu membaca dan menulis.

Budaya literasi membaca bukanlah sebuah hal mudah untuk dibangun karena butuh kesadaran dan semangat untuk membawa perubahan. Literasi membaca bukanlah sekedar kegiatan membaca biasa melainkan sebuah kegiatan yang bisa membangun budaya itu sendiri. Budaya literasi membaca menghasilkan dua manfaat yaitu membangun minat membaca dan membangun kegiatan membaca itu sendiri. Melalui membaca sama halnya dengan menggenggam seisi dunia, karena dalam bacaan bisa mengakses informasi dari seluruh dunia. Membangun budaya literasi membaca bisa dilakukan melalui banyak hal yang salah satunya adalah bahan bacaan cerita rakyat nusantara dan juga cerita rakyat daerah setempat.

Cerita rakyat merupakan budaya lisan yang menarasikan berbagai kisah kepahlawanan hingga kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Cerita rakyat mengandung nilai etika, moral, spiritual, dan kearifan lokal sesuai dengan kultur yang hidup di tempat cerita rakyat tersebut berasal. Lahir dari rakyat, tumbuh bersama rakyat, dan menjadi milik bersama yang mengikat setiap anggota masyarakat dalam suatu sistem kebudayaan (Fang, 2011: 1).

Dalam artikel ini, penulis memberikan salah satu pengetahuan baru bahwa pemanfaatan bahan bacaan cerita rakyat sebagai upaya dalam menarik minat untuk membangun budaya literasi membaca bagi peserta didik. Melalui bahan cerita rakyat juga peserta didik dilatih untuk meningkatkan kepekaan empatinya dengan meneladani pesan moral yang tergambar oleh setiap karakter tokoh dalam cerita tersebut. Akan tetapi dikhawatirkan pesan-pesan moral yang didapat oleh peserta didik hilang seketika apa bila hanya membaca cerita rakyat tersebut. Oleh karena itu peserta didik perlu menuangkan pesan-pesan moral tersebut dalam bentuk tulisan. Upaya seperti ini harus terus menerus dilakukan agar meningkatan minat membaca dan menulis perserta didik atau mengembangkan budaya literasi bagi peserta didik.

Selamat Membaca Bagi Pegiat Literasi Yang Budimana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun