*- Salah satu fotonya nggak nyambung ya? He2... itu adalah jagoan saya yang sedang menikmati dagangan Mamanya, Cheesecake rasa Banana Nutella yang rasanya tiada tara katanya. Saya ingin dia menjadi orang besar dan hebat, tapi bukan orang yang besar kepala. - *Â
Di pekerjaan saya sebelumnya, saya beruntung bisa bertemu dengan orang-orang yang menurut saya mempunyai nama besar alias terkenal pada masanya bahkan sampai sekarang. Saya memang selalu mengambil sisi positif dari setiap orang yang saya temui, akan saya catat di dalam kalbu, yang positif dibingkai rapi. Yang negative saya tandai! Â
Dr. H.M. Busyro Muqoddas, M.Hum (Pengacara Bambang Triatmojo)
Saat itu saya sendirian menjemput beliau di Bandara Ahmad Yani Semarang. Walau menjabat sebagai ketua KPK, beliau waktu itu tidak naik helikopter...he2, naik Lion air kelas ekonomi. Ajudan Bupati Semarang sempat telepon ke saya, apakah pak Busyro (saat itu menjabat ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia Menggantikan Ketua KPK Antasari Azhar) harus dikawal polisi?Â
Jawaban pak Busro: Nggak usah Pak Thomas, saya nebeng mobil bapak saja. Turun pesawat pas waktunya sarapan pagi saya ajak mampir soto pak Man di dekat Bandara dan beliau sangat bersukacita, makan dengan lahap. Saat saya ke kasir, beliau panggil saya. Pak Thomas jangan bayarin kami (beliau bersama ajudan), kita bayar sendiri-sendiri saja.
Setelah selesai acara seminar kami menuju mobil, di depannya sudah ada 1 mobil polisi dan 2 moge PJR siap mengawal mobil saya yang akan mengantar beliau beserta ajudannya menuju Bandara Ahmad Yani, dan beliau tetap menolak pengawalan yang disediakan oleh Bupati Semarang. Kami bertiga saja menuju Bandara, mampir makan siang lagi dan bayar masing-masing.
Saat ini nama beliau kembali jadi pemberitaan, karena beliau memutuskan untuk menjadi pengacara Bambang Triatmojo atas kasus bernilai ratusan milyar. Menurut saya sih biasa saja, karena memang secara profesional, pak Busyro adalah seorang pengacara dengan kode etik siap membela siapa saja.
Retno Listyarti, M.Si (Komisioner KPAI)
Setelah selesai acara, jika masih ada waktu saya biasa mengajak para narasumber kulineran atau jalan-jalan ke toko oleh-oleh. Waktu itu bu Retno telah selesai di sebuah acara di Klaten, dan jadwal penerbangan pulang ke Jakarta via Bandara Adisucipto Yogyakarta sore hari sekitar jam 18.00.Â
Kami makan siang berdua di Klaten, Â beliau bercerita banyak tentang perjuangannya di pengadilan menghadapi tuntutan pengacara Pak Akbar Tanjung atas buku yang bu Retno Tulis, yaitu buku Tata Negara, karena waktu itu beliau seorang guru mata pelajaran tata negara dan penulis bukunya.
Sambil menunggu penerbangan pulang saya tawarkan ke beliau untuk jalan-jalan ke malioboro dan pusat oleh-oleh Jogja di pathuk, tapi beliau menolak. Kalau pak Thomas mau memberikan oleh-oleh ke saya, antar saja saya ke kawasan Shoping Centre dekat Malioboro, di sana banyak toko buku, mending buku saja yah, katanya. Dan benar, beliau saya traktir buku-buku yang beliau pilih sendiri, satu tas penuh buku tentang tata negara, filsafat, ekonomi dan komik/novel untuk anaknya!