Siapa belum pernah makan di warteg alias warung tegal? Teman saya berkelakar, mungkin hanya Nia Ramadhani saja yang belum pernah menyentuh "layar touchscreen pesanan" di warteg.
Sebagian besar dari kita masyarakat Indonesia, hidup dan besar berteman dengan warteg. Bahkan mungkin warteg menyumbang tumpuan kehidupan ketika krisis dompet melanda para pekerja, atau kiriman para mahasiswa belum datang.
Siang ini saya baru saja makan di warteg dekat kantor, di daerah jalan Purnawarman, Bandung. Menu yang saya pilih, nasi 1/2, sayur kangkung, tempe orek, plus gulai sapi. Nikmat dan murah meriah.
Total yang saya harus bayar 13 ribu rupiah saja, sudah bonus teh tawar gratis. Benar-benar penolong di saat belum gajian, alias H-1 gajian, karena kantor saya gajian tiap tanggal 1.
Disarikan dari Wikipedia, Warung Tegal atau disebut juga warteg adalah salah satu jenis usaha gastronomi yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau.
Hidangan-hidangan di warteg pada umumnya bersifat sederhana dan tidak memerlukan peralatan dapur yang sangat lengkap. Nasi goreng dan mi instan hampir selalu dapat ditemui, demikian pula makanan ringan seperti pisang goreng, minuman seperti kopi, teh dan minuman ringan.
Beberapa Warung Tegal khusus menghidangkan beberapa jenis makanan, seperti sate tegal, gulai, dan minuman khas Tegal teh poci. Sekarang sayuran dan lauk di warteg sudah sangat beragam mengikuti perkembangan dan daerah di mana warung ini berdiri.Â
Seperti warung yang saya datangi tadi. Segala macam sayuran ada di sana. Lauk pauk dari ayam, daging, sampai ikan asin tersedia. Bahkan olahan-olahan modern seperti sosis dan bakso sapi dengan bumbu tertentu pun siap dihidangkan. Sangat bervariasi menunya, tidak perlu kita khawatir akan menemui menu yang itu-itu saja.
Merujuk Wikipedia, jumlah warteg saat ini ada lebih dari 34.000 warung se-Jabodetabek. Bahkan warteg kini juga hadir di luar negeri, Malaysia misalnya.
Dengan keberhasilan para pemilik warung ini di kota-kota besar, alhasil sekarang di Tegal banyak terdapat rumah megah bak istana, milik para pengusaha warteg yang sukses di kota itu.
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/29/warteg2-5e5a01bad541df6fa3369e12.jpeg?t=o&v=770)