Di daerah kelahiran saya Yogyakarta bagian timur, dahulu acara kenduri biasanya dilakukan untuk memperingati peristiwa tertentu. Kenduri di tempat kami  biasa juga disebut selametan.Â
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kenduri  berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa tertentu, meminta berkah, dan sebagainya.Â
Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Selamatan atau Kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke Nusantara.
Sebenarnya kenduri menjadi juga menjadi sebuah ritual acara berkumpul, yang umumnya dilakukan oleh laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara dengan mengundang orang-orang sekitar untuk datang.Â
Biasanya acara kenduri ini dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian dibidang tersebut, misalnya Kiai.
Pada umumnya, kenduri dilakukan pada sore/malam hari setelah isya, dan disajikan sebuah nasi tumpeng di dalam besek (tempat yg terbuat dari anyaman bambu bertutup bentuknya segi empat) yang dibawa pulang oleh para tamu undangan yang ikut serta mendoakan selamatan kepada keluarga yang sedang mempunyai hajatan.
Bagi kami anak-anak, menunggu besek dibawa pulang bapak adalah hal yang mengasyikkan. Sudah terbayang kami sekeluarga akan makan besar dengan lauk lengkap.Â
Nasi gurih dengan lauk ingkung ayam, dan semua "ubarampe" sayuran serta buah, minimal sebuah pisang, timun atau bengkoang. Dulu kami hanya bisa makan lauk ingkung ayam, hanya kalau pas ada tetangga yang melakukan selamatan alias kenduri. Jadi wajar kalau kami sangat menantikannya.
Bayangkan jika satu keluarga mempunyai anak 3, maka dari ayam yang tidak seberapa tadi, dibagi lagi menjadi 5 untuk seluruh anggota keluarga.
Walaupun hanya kebagian sesuwir ayam, namun kenikmatannya luar biasa, apalagi dimakan dengan sego gurih (nasi gurih) serta yang pasti ada gudangan-nya, yaitu sayuran yang dimasak, kemudian diberi bumbu parutan kelapa....maknyusss.Â