Pagi ini tersusun dari coret-moret pena yang terhunus dari bedah jejak setelah kemarin waktu dikacang-kacangin.Â
Tidak ada banyak alasan "hanya satu"Â
Gairah dan gelora tentang senyumnya sebagai sarapan pagi dan pelukkanya sebagai pengantar mata terpejam.                             Selebihnya secangkir kopi dari seduhannya.Â
 Bahwa senyumnya yang langka mondar-mandir di seantero mimpi-mimpi.                       Bahwa di sebuah sudut yang agak ranum terdeteksi auranya yang ibu.                           Bahwa di sepanjang saat kalbu terus-terus memaksa untuk sesegera mungkin menandatangani skema jaga-bersama.         Bahwa dari satu alasan itu tidak lain bukan tidak si dia adalah isinya.Â
Ternyata ia suka menyimak hujan Bahkan di kepalanya ada pena khusus yang sering meracau tentang hujan bulan Juni.Â
Senggi,2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H