kota;
tubuhnya basah
di dalamnya decit rem kendaraan menajamkan kedudukannya
simpang siur calon-calon jenazah mengkalkulasi waktu
lalu pulang dan bermukim dalam sunyi. Hujan tidak mau "sudah"
di salah satu biliknya
kita menyaksikan setiap riak air hujan,
kita saksikan burung-burung gereja melintasi udara di bawah awan-awan kelabu,
lonceng gereja mengingatkan kita akan suatu hari yang serius
di mana kita adalah igauan sepihak dan tak lebih dari cara hidup yang dibuat-buat.
kita adalah wahyu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!