Â
Apakah menjadi pribadi yang menerima itu muda? Saya mengatakan tidak. Mengapa? Di sini yang saya maksud adalah menerima tantangan, cobaan, penderitaan atau berkenaan dengan situasi hidup yang tidak menyenangkan. Tentu kalau menerima uang, barang-barang berharga yah..., saya maulah. Pasti gak nolak hehehe.Â
Hal ini penting digarisbawahi bahwa hidup itu perlu perjuangan. Secara logis bahwa tidak mungkin kita menjadi seorang yang pandai berbagai jenis bahasa asing, misalnya, kalau tidak disertai proses dan perjuangan.Â
Oleh karenanya menerima segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita bukan berarti kita pasrah pada nasib. Tetapi kita menerima dalam artian aktif yakni menjadikan suatu tantangan atau cobaan menjadi sebuah pijakan untuk menuju hidup yang lebih baik.Â
Sikap serba instan  atau bisa juga disebut mau enaknya saja, sering terjadi dalam kehidupan kita. Mental ini sebagai kategori seseorang yang ingin hebat namun tidak ada perjuangan.
Secara pribadi saya merasa bahwa menjadi pribadi yang menerima tidaklah gampang. Orang-orang yang memiliki keperibadi ini diandaikan sudah mantap mengolah kemungkinan-kemungkinan yang ada sekalipun itu tidak mengutungkan dirinya.Â
Kemungkinan-kemungkina itu dapat dilihat berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari misalnya, ejekan, bulian, makian, pengalaman ditolak dan tantangan-tantangan hidup sebagaiman telah di uraikan di atas.Â
Terkadang kita ciut dan tidak mau maju hanya karena mental kita tidak kuat menerima peristiwa hidup yang berat. Dalam menghadapi problem hidup ini kita harus memulainya dengan penuh perjuangan dan penuh kesabaran. Kita tidak harus menjadi hebat untuk memulai, tetapi kita harus memulai sesuatu agar dapat menjadi hebat.Â
Saya pernah membaca sebuah kalimat yang cukup memberi motivasi bagi saya. Isi kalimat itu demikian "seorang pemenang bukanlah mereka yang tidak pernah gagal, melainkan mereka yang tidak pernah berhenti berjuang".
Oleh karenanya sebagai orang beriman kita tidak boleh lupa bahwa kita hanyalah manusia yang terbatas, lemah dan rapuh. Maka apabila kita sadar akan hal ini, jangan lupa melibatkan Allah dalam segala peristiwa hidup kita setiap hari.Â
Di sini pribadi pribadi santo Yosef menjadi contoh bagi kita yakni ia senantiasa selalu siap sedia menerima tugas dari Allah (lih Mat 1:18-25; 2:13-15,19-23).Â