Hari kemerdekaan RI tgl 17 agustus 2011 yang bertepatan dengan 17 Ramadhan mengingatkan kita kembali ke masa lalu, masa-masa perjuangan dimana para pejuang membela negara ini dari penjajah tanpa pamrih.
namun ketika saya membaca kisah seorang pengibar bendera merah putih pertama kali di kompas.com yaitu bapak ilyas karim, langsung hati saya jatuh, hati saya begitu terusik serta sekaligus marah kepada negara ini yang katanya sebuah negara besar.
hati saya tidak bisa menerima atas perlakuan negara terhadap bapak ilyas karim yang hidup disebuah rumah sederhana dipinggiran rel sekitar kalibata. Ini mungkin salah satu kisah salah seorang veteran yang hidupnya tidak pernah mendapatkan perhatian dari negara. Beliau yang selama mudanya berjuang tanpa pamrih untuk kemerdekaan negara ini, gak ada kepikiran untuk KKN atau segala macem namun dimasa tuanya terasa begitu menusuk hati.
Namun kalau kita bandingkan kisah seorang TKI yang namanya darsem dikasih uang cuma-cuma sebesar 1,2 milyar akibat terlibat kasus di arab saudi, saya melihat sangat keterlaluan perlakuan pemerintah dan DPR yang katanya wakil rakyat. Dimanakah posisi DPR dan pemerintah kalau dihadapkan kasus kayak gini? apakah pemerintah sudah terlalu sibuk "bagi-bagi jatah THR" sehingga nasib veteran kayak bapak ilyas dan veteran lainnya menjadi tidak menentu.
Feel saya, apakah kasus nasib para veteran ini tidak bisa dipolitisasi, tidak bisa diblowup, tidak mempunyai nilai tambah terhadap pencitraan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah dan DPR sehingga mereka didiamkan saja. Perlakuan sebaliknya terjadi sama darsem, karena kasus darsem bisa dipolitisasi dan kalau direkayasa dapat menjadi nilai tambah buat pencitraan maka darsem begitu mudah mendapatkan uang 1,2 milyar.
akhir dari tulisan ini saya hanya berdoa supaya bapak ilyas karim dan para veteran lainnya yang tidak pernah mendapatkan perhatian dari DPR dan pemerintah diberikan hidayah oleh Allah SWT dan ditempatkan sebuah surga diakherat kelak. amin....
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H