Mohon tunggu...
Thomas Ariel Gusti Setyaadmaja
Thomas Ariel Gusti Setyaadmaja Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Bahasa dan Sastra Inggris di Universitas Airlangga

Memiliki hobi dalam bidang otomotif, games dan perkembangan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Mobil Listrik, Sebuah Perbaikan atau Perburukan?

11 Juni 2022   22:40 Diperbarui: 11 Juni 2022   23:16 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil listrik sedang mengisi daya (sumber: pixabay.com)

Perkembangan teknologi di dunia otomotif saat ini berkembang pesat dan dikenal luas oleh masyarakat. Mulai dari beragam fitur yang disematkan dalam mobil hingga mobil yang memiliki kegunaan lebih inovatif. Salah satu produk bukti perkembangan teknologi di dunia otomotif  yang dianggap bisa mengurangi polusi dan emisi gas buang yaitu mobil listrik. Akhir-akhir ini, kemunculan mobil listrik dikatakan menjadi langkah awal menuju lifestyle yang ramah lingkungan. Namun, apakah benar mobil listrik ramah untuk lingkungan?

Mengutip dari garasi.id, mobil bertenaga listrik pertama kali ditemukan oleh Robert Anderson pada tahun 1832. Mobil listrik sendiri sudah diproduksi di beberapa negara. Menurut situs databoks.katadata.co.id negara dengan penggunaan mobil listrik terbanyak dipegang oleh Tiongkok sebesar kurang lebih 2,25 juta unit, disusul Amerika Serikat sebesar kurang lebih 1,1 juta unit. Di Indonesia sendiri keberadaan mobil listrik berada di kisaran angka 16.000 unit.

Dari banyaknya produksi dan penggunaan mobil listrik di dunia, ternyata ada banyak bahaya yang menyelimuti. Seperti yang kita ketahui, mobil listrik menggunakan baterai berkapasitas besar sebagai sumber tenaganya, sama halnya seperti handphone apabila baterainya habis perlu diisi ulang kembali. Pembuatan baterai mobil listrik sendiri memerlukan bahan dasar bernama litium dan kobalt. Sama seperti bahan dasar lainnya, litium dan kobalt perlu ditambang. Penambangan kedua material ini hingga menghasilkan mobil listrik menyumbang emisi CO2 rata-rata 15 ton metrik, lebih besar daripada produksi mobil gas yang hanya menghasilkan emisi CO2 sebesar 7 ton metrik.

Penambangan litium (sumber: istockphoto.com)
Penambangan litium (sumber: istockphoto.com)

Selain produksi baterai mobil yang menghasilkan CO2, sumber listrik untuk mengisi ulang daya baterai tersebut, beberapa negara masih mengandalkan batu bara sebagai sumber listrik dan bahkan tenaga nuklir. Dilansir dari idxchannel.com, Indonesia sendiri masih memanfaatkan energi dari batu bara sebanyak 61% dari total sumber listrik yang ada. Ditambah lagi pemanfaatan energi terbarukan—seperti tenaga surya, tenaga angin dan tenaga arus air—yang dapat dikatakan masih cukup rendah di Indonesia. Persebaran charging station sendiri di Indonesia belum terbilang banyak seperti pom bensin. Bukannya semakin ramah lingkungan, semakin banyak penambangan yang perlu dilakukan sebagai bentuk dampak penggunaan mobil listrik. Namun, dengan

Kemudian, mari kita bandingkan dengan emisi CO2 mobil gas pada umumnya. CO2 yang dihasilkan oleh mobil gas berada di angka 5.2 ton metrik per tahunnya dengan jarak tempuh kurang lebih 20.000 km setiap tahun dan jangka penggunaan mobil di kisaran 10 tahun. Di sisi lain, bahan bakar yang digunakan oleh mobil gas berkisar di 1.700 liter minyak setiap tahunnya. Produksi bbm sendiri berasal dari crude oil, yang melalui beberapa tahap agar menjadi bahan bakar kendaraan bermotor yang layak. Tahap-tahap inilah yang menyumbang emisi CO2 terbanyak. Mulai dari penambangan di darat maupun di dasar laut menggunakan bor. Setelah itu, crude oil diproses kembali menjadi bensin atau bahan bakar lainnya. Selain menghasilkan CO2, proses refinery minyak bumi ini juga menghasilkan gas metana dan nitrogen oksida dengan total emisi 282 milliar metrik ton setiap tahunnya.

Alat pengebor minyak (sumber: Kompas.com)
Alat pengebor minyak (sumber: Kompas.com)

Disini bisa disimpulkan, mobil gas menghasilkan emisi CO2 lebih kecil dibanding mobil listrik saat produksi. Namun, dalam penggunaannya sehari-hari, mobil listrik sudah tidak mengeluarkan emisi CO2, berbeda dengan mobil gas yang masih menghasilkan emisi CO2 saat penggunaan serta faktor-faktor lainnya, seperti penambangan minyak bumi, pemrosesan minyak itu sendiri hingga pembakaran yang terjadi dalam ruang mesin mobil. Jadi, inovassi mobil listrik sendiri merupakan sebuah langkah awal yang benar dalam mengurangi emisi CO2 dan menuju kehidupan baru yang ramah lingkungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun