Selasa legi... di siang hari.
Hari ini, persis “geblak”-ku, selasa legi, “wethon” kelahiranku. Kata simbah, di hari “wethon” biasanya banyak buah baik yang akan diterima kalau banyak pantangan diikuti.
Keberuntunganku pertama, karena aku bisa menemani anak-anak muridku di sekolah saat mereka menikmati UN mereka. Senang melihat antusiasme dan kobaran semangat terpancar dari raut muka anak-anak jaman ini.
Ujian jam pertama, hari kedua, selasa legi, 15 april 2014 mereka lewati dengan senyum, meski matematika pelajarannya. Yang membuat sedikit beberapa anak, konon, beberapa soal deskripsi soal kurang persis seperti dimaksud penulis alias bias. Bahasa halusnya “tidak akurat”, artinya diterjemahkan cara A “benar” atau bisa benar pula jawabnya dengan cara B.
“Mungkin si korektor yang maha kuasa peyelenggara UN akan menganulir soal itu” hiburku pada mereka. “Pak guru” kok ada dua jawaban sama-sama benar ya untuk opsi pilihannya. “Mungkin si pembuat soal lagi khilaf” sambarku spontan pada anak itu. Apa pun yang terjadi kucoba menghibur dan memberi semangat anak-anak negeri ini.
“Teeeeettttttttt, teettttttttt…….” Bel tanda dimulai tes jam kedua berbunyi.
Tes UN pada jam kedua segera dimulai. Bapak dan ibu pengawas yang terhormat dari sekolah seberang mulai “cancut taliwandha”, bergegas mengambil soal UN dan melenggang menuju ruang tes yang ada.
UN hari ini hampir selesai, karena tes jam kedua sudah dimulai.
Belum genap 5 menit ibu-bapak pengawas ruang 1 memasuki ruang, suara sedikit heboh di ujung selasar terdengar. Ada pengawas berjalan setengah berlari mengahampiri panitia lokal.
“Ada apa bu?” tanya panitia. “Pak, semua lembar soal di ruang 1 salah”. Gubraaakkkk…….. “Maksudnya bu?” kata panitia setengah tidak percaya dan tidak jelas. “Iya, di amplop soal seharusnya soal pelajaran kimia, tetapi yang tersedia justru soal pelajaran biologi pak”. Hhaaa…… ???
Benarlah firasatku soal “keberuntungan” dan “ketidakberuntungan” di hari wethon-ku.
Anak-anak ini sedikit kurang beruntung, sudah belajar kimia…. Eh malah soal biologi hari kemarin yang tersaji di hadapan mereka saat ini.
Tanpa pikir panjang akhirnya panitia sekolah dan independent rapat kilat terbatas bagaimana menindaklanjuti masalah ini. Solusinya, telpon sana, telpon sini, sampai ditemukan cadangan soal untuk pelajaran tersebut di sekolah tetangga. Maka diutuslah 4 (empat) orang, pergi berdua-dua dengan sepeda motor untuk mencari soal cadangan di sekolah sekitar.
Akhirnya kami “berlari-lari” ke sana kemari untuk mencari soal pengganti yang tertukar itu.
Syukurlah, setelah setengah berlangsung panitia sekolah bersama tim independent menemukan soal cadangan kimia dari sekolah lain. Kepentingan anak-anak terselamatkan. Tidak ada penundaan hari pelaksanaan UN pelajaran Kimia. Dalam batas kewajaran, rasionalitas, dan keadilan panitia sekolah, tim independent, dan pengawas ruang bersepakat menambah setengah jam waktu pelaksanaan UN yang tertunda ini.
Terimakasih saudaraku, yang telah sudi menjadi bijak menanggung dosa sosial atas keteledoran sang maha kuasa, yakni si pemilik UN negeri ini.
Juga SMA Theresia, St. Ursula, St. Bellarminus, dan SMA 1 yang sudah mau berbagi soal UN sehingga anak-anakSMA Kanisius mendapatkan hak-haknya mengerjakan soal UN tanpa perlu menunda hari.
Salam untuk negeri, jangan ada korban di esok pagi, karena "wethon" tidak ada lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H