Beberapa hari yang lalu tepatnya menjelang peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad Saw, saya dapat tugas istimewa dari istri untuk mencarikan jajanan untuk acara maulid. Tidak seperti biasanya istri saya minta bantuan saya untuk mencarikan jajanan untuk acara kayak gini. Ya demi mensukseskan acara peringatan maulid sekaligus sebagai bukti mahabbah kepada baginda rasul. Semoga dapat berkah dan syafaat dari beliau.
Setelah cari kesana ke mari keliling toko maka masuk lah saya ke sebuah toko yang menjual aneka jajanan dan makanan ringan. Dipilih..dipilih ...dipilih... akhirnya terkumpullah satu kresek makanan siap dihidangkan tar malam. Dari tempat kasir saya langsung bayar dan menerima kembalian plus dengan nota pembelian. Dari toko jajanan tersebut saya langsung cabut pulang karena waktu memamng sudah sore banget bahkan hampir maghrib, tanpa ngecek dulu uang dan nota yang dikasihkan oleh mbak kasir tadi langsung saya masukkan semuanya ke dompet trus pulang.
Sesampai di rumah semua belanjaan langsung saya kasikan ke istri lengkap dengan nota dan kembaliannya. Setelah dicek istri nota belanjaannya ternyata ada yang salah, makanan yang saya beli dengan jumlah uang nya tidak sebanding. Mestinya saya membaya lebih banyak karena jajanan yang saya beli banyak, tapi ternyata koq lebih murah. Setelah diteliti oleh istri saya, ternyata ada makanan yang belum sempat dimasukkan dalam pembelian oleh mbak kasirnya tadi. “ Yah, tolong disusulkan uangnya ke tokonya lagi ini ada yang kurang.” Begitu kata istri saya sambil menyodorkan nota dan beberapa lembar uang. Karena masih capek dan sudah malem (padahal males saja) ”Besok saja bu, sudah malem tar ke sana belum tentu tokonya buka.” Jawab saya beralasan pada istri. Dengan terpaksa istri saya menerima alasan saya tadi tapi dengan sangat berharap jangan sampai lupa pesennya tadi. Sambil bungkus-bungkus jajanan yang sempat saya beli tadi istri saya sedikit ngedumel” Kan ndak enak Yah, masak mau disuguhkan untuk acara maulid tapi kehalalannya masih belum jelas. “
Besoknya saya kembali lagi ke toko kue untuk mengembalikan kekurangan dari jajanan yang telah saya beli kemarin. Dari sini saya telah mendapatkan pelajaran berharga Pertama, bahwa perbuatan jujur itu harus kita mulai dan kita tanamkan dari lingkup yang terkecil yaitu keluarga. Sebab keluarga adalah benteng pertama yang menjadi acuan baik tidaknya moral seseorang. Jika anggota keluarga satu sama lain acuh dan tidak perduli lagi dengan hal-hal yang berbau moral spiritual niscaya ia akan menjadi masalah di tengah tengah masyarakat. Kedua,pendidikan moral adalah sebuah kebutuhan bagi semua orang karena dengan moral yang baik kehidupan akan menjadi menyenangkan dan menentramkan. Ketiga, Just Do It! Persoalan moral itu tidak cukup hanya dipelajari dan dihafalkan belaka. Tapi yang lebih penting adalah penerapan atau aplikasinya dalam kehidupan nyata. Kita tahu mencuri dan korupsi adalah perbuatan tercela karena merugikan orang lain dan negara. Hal ini akan tidak ada maknanya kalau pengetahuan tentang busuknya perbuatan ini, kalau kita sendiri masih melakukannya dan sulit untuk meninggalkannya. Berkaitan dengan masalah ini saya teringat dengan satu maqolah yang mengatakan” Al Ilmu Bila Amalin Kasyajari Bila Tsamarin” ilmu pengetahuan tanpa diamalkan ibarat pohon yang tak berbuah. Apalah artinya pengetahuan tentang jeleknya perbuatan mencuri dan korupsi kalau kita sendiri belum bisa menjauhi perbuatan itu.
So, mari kita mulai pemberantasan korupsi dari diri kita dan keluarga terdekat kita. Jadikan keluarga kita sebagai tempat yang menyenangkan dan menentramkan. “ Allahummaj al baity jannaty” Ya Allah jadikan keluargaku sebagai syurgaku”...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H