Mohon tunggu...
Amanda Tiara Putri Widodo
Amanda Tiara Putri Widodo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pejuang masa depan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Benci Motivasi

12 Juli 2013   13:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:39 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini benci dengan kalimat motivasi. Benci sebenci-bencinya. Muak semuak muaknya. Kalimat-kalimat tersebut bak sampah di kepalaku. Maka kuhapus semua kalimat-kalimat motivasi ataupun penyemangat di inbox sms ku, bahkan terkadang aku menghapus sms-sms panjang yang sepertinya motivasi, maaf aku sedang tidak butuh di motivasi. Aku belajar untuk realistis menghadapi hidup. Belajar untuk tidak terbuai dan terlena dengan kalimat-kalimat motivasi busuk. Bahkan kini malas sekali aku membuka fanpage Mario Teguh. "Sampah sampah!"

Apalagi mendengar orang mengatakan,"Sabar-sabar", sambil mengelus-elus punggung, itu lebih dari muak. Rasanya semua orang hanya memakai topeng. Toh mereka juga senang karena tidak merasakan apa yang tengah saya rasakan. Iri? Iya saya iri. Gagal? Iya saya gagal. Tapi saya belajar perlahan-lahan untuk tidak mencari-cari alasan dari kegagalan saya. Biarlah Tuhan yang menilai saya gagal atau tidak. Tolak ukur manusia begitu dangkal. Mereka hanya mampu membanding-bandingkan. Mereka tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya terjadi, hanya mengambil kesimpulan dari apa yang mereka lihat. Mereka tidak pernah tahu kerja keras orang lain, jatuh bangun orang lain, hanya melihat hasil dan ketika hasil tersebut tidak memuaskan, dengan mudahnya mereka berbicara panjang lebar, menasihati panjang lebar, menyuruh-nyuruh untuk mencoba lagi. Siapa mereka? Mereka hanya sama-sama dengan saya, mahkluk ciptaan yang tak pernah sempurna jika dibandingkan dengan manusia lain.

Ya, tidak ada korelasi antara usaha dan hasil. Jadi, saya harus berusaha (lagi) dan bukan untuk mereka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun