Mohon tunggu...
Pratiwi Ngasaratun
Pratiwi Ngasaratun Mohon Tunggu... -

hobby membaca dan suka mengamati, tapi suka bingung kalau mau nulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Kepada Pak Belalang dan Tuan Datuk

9 Mei 2012   06:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:31 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan ini bermula dari curhat teman saya yang anaknya (kelas 2 SD) menanyakan salah satu latihan pemahaman bacaan dongeng di buku Bahasa Indonesianya. Dongeng tersebut berjudul ‘Pak Belalang’, seperti ini:

Pak Belalang

Ada seorang petani dan saudagar

Namanya pak belalang dan tuan datuk

Pak belalang punya utang kepada tuan datuk

Pak belalang belum bisa membayar

Ia menemui tuan datuk

Ia ingin membayar seminggu lagi

Tuan datuk setuju

Tuan datuk punya satu syarat

Pak belalang harus menjawab teka teki

Teka teki itu sulit

Pak belalang bertanya kepada anaknya

Akhirnya pak belalang bisa menjawab

Utangnya dianggap lunas

Pak belalang pun selamat

(disalin dari Aku Cinta Bahasa Indonesia2)

Beberapa pertanyaan yang dijadikan bahan curhat oleh teman anak saya adalah poin-poin berikut:

1.Apakah pak belalang orang yang penakut

2.Siapakah tokoh yang kamu sukai

a.Pak belalang

b.Tuan datuk

3.Siapakah tokoh yang tidak kamu sukai

a.Pak belalang

b.Tuan datuk

Terhadap pertanyaan poin pertama, saya pikir jawaban ‘I dont know’ adalah jawaban yang paling tepat -anda boleh tidak setuju dengan pendapat ini. Sekedar share pengalaman saja, di salah satu kursus Bahasa Inggris yang pernah saya ikuti, selalu ada 3 alternatif jawaban untuk pertanyaan tertutup dalam pemahaman bacaan semacam itu: Yes/True, No/False, dan I don’t know. Jawaban I don’t know mungkin digunakan ketika pertanyaan tertutup atau pernyataan dalam latihan pemahaman memang tidak dijelaskan dalam bacaan. Dalam kasus, ‘apakah pak belalang orang yang penakut’, saya tidak dapat menemukan fakta baik tersirat maupun tersurat dalam bacaan yang mendukung jawaban Ya atau Tidak.

Terhadap poin kedua dan ketiga, menurut pendapat saya poin-poin tersebut amat subyektif sekaligus membingungkan. Boleh-boleh saja setiap murid menyukai tokoh yang berbeda, sehingga konsekuensinya, apapun jawaban murid, guru hendaknya mengapresiasi dengan baik pula. Masalahnya, guru memegang kunci yang ternyata menunjuk secara spesifik siapa tokoh yang harus disukai dan harus tidak disukai oleh murid-muridnya. Misalnya, pada poin ‘siapakah tokoh yang kamu sukai’ maka jawabannya harus ‘pak belalang’, dan pada ‘siapakah tokoh yang tidak kamu sukai’ jawabannya adalah ‘tuan datuk’. Padahal, apa yang menjadi dasar suka dan tidak suka adalah preferensi masing-masing orang. Bisa jadi anak suka kepada tuan datuk karena ia memberikan utang kepada pak belalang dan mau dibayar hanya dengan menjawab teka-teki. Bisa jadi pula ia tidak mempunyai tokoh yang tidak ia sukai karena menurutnya kedua orang itu sama-sama baik. Lagipula, kompetensi apa yang berusaha dimunculkan pada pertanyaan sejenis ini?

Itu hanya sekelumit contoh bias yang terjadi dalam dunia pendidikan dasar kita. Penyeragaman persepsi dan pemasungan ide terhadap anak-anak kita yang pada akhirnya menjadikan mereka manusia dewasa yang kurang kritis terhadap keadaan. Pun sekedar menerima segala teori yang dijejalkan tanpa berpikir layaknya robot terprogram. Padahal, kita sama-sama paham bahwa, seharusnya berbeda pendapat itu biasa dan harus dibiasakan untuk memperkaya pengetahuan kita.

Mungkin ada yang bisa membantu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun