pembelajaran daring ini peserta didik masih bisa menempuh pendidikan walau dari rumah.
Pandemi Covid-19 memaksa seluruh pihak untuk menerapkan cara baru agar bisa menghentikan laju pertumbuhan yang semakin tinggi. Dalam bidang pendidikan disiasati dengan diadakannya pembelajaran secara daring sehingga peserta didik tak perlu lagi keluar rumah. Peserta didik dapat belajar dari rumah memakai beberapa aplikasi daring yang memang mendukung untuk kegiatan pembelajaran contohnya seperti Zoom Meeting dan Google Meet. DenganNamun berbeda dengan kegiatan pendidikan yang berbasis praktek contohnya seperti olahraga dan musik. Pembelajaran dengan kegiatan praktek lebih sulit dilakukan mengingat harus ada interaksi dan bimbingan dari pengajar. Pengajar akan kesulitan untuk menjelaskan hal yang dipraktekkan secara daring karena terbiasa dengan penjelasan tatap muka. Hal ini juga dialami oleh  pengajar musik.
Dengan adanya Zoom Meeting pengajar merasa sangat terbantu masih bisa mengajar secara daring sehingga murid pun masih bisa belajar. Zoom Meeting juga mempunyai kualitas audio yang lumayan bagus dan jernih.
Namun ada beberapa kekurangan dengan pembelajaran berbasis daring ini salah satunya apabila koneksi dan perangkat yang belum memadai. Apabila koneksi kurang stabil, video zoom akan putus-putus atau mungkin blank. Ini sangat berpengaruh terhadap pengajar yang harus melihat gerak murid secara detail sehingga ini cukup mengganggu. Selain itu, audio juga akan putus-putus sehingga pengajar kesulitan untuk menilai dan mengevaluasi murid. Dengan pembelajaran daring pengajar sangat kesulitan untuk mendengarkan, memahami, dan menjelaskan materi yang akan disampaikan.
Ini terjadi pada pembelajaran musik secara daring. Pengajar akan sangat kesulitan menjelaskan kepada murid bagaimana cara memegang alat dengan benar, bagaimana cara menghasilkan suara, bagaimana postur tubuh yang bagus, dan berbagai macam permasalahan lainnya. Hal ini sangat penting dalam mempelajari dan mendalami musik. Misal saja dengan pembelajaran biola secara daring. Pengajar akan kesulitan mendeskripsikan bunyi senar.Â
Belum lagi dengan cara tuning atau stem yang biasa dilakukan sebelum bermain alat musik. Murid juga akan kebingungan bagaimana cara tuning yang baik. Memang sudah ada banyak aplikasi yang mendukung untuk tuning, namun hal ini tidak akan membantu untuk orang yang sama sekali belum mengerti dengan nada dan cara tuning itu sendiri. Terlebih lagi cara tuning setiap alat musik itu berbeda dan nada yang dihasilkan pun berbeda.
Hal tersebut baru pada tuning yang bisa disebut sebagai awal dari bermain musik, belum masuk pada inti kegiatan. Intinya adalah cara memainkan alat musik, misal pada alat musik biola. Untuk orang yang sudah bisa bermain biola mungkin tidak akan kesulitan dengan pembelajaran daring ini karena mereka sudah tahu dasar dasarnya. Yang menjadi permasalahan adalah untuk orang yang baru belajar dari awal.Â
Dasar dasar yang harus dipelajari dari biola harus diajarkan secara tatap muka sehingga peserta didik mengerti. Seperti bagaimana cara memegang bow yang benar, bagaimana cara memegang biola apakah di pundak atau ditekan di samping leher, bagaimana cara membaca not balok, bagaimana menggesek di tiap senarnya, dan masih banyak lagi hal-hal yang seharusnya diajarkan secara tatap muka. Coba bayangkan bagaimana caranya mengajarkan dasar tersebut secara daring tanpa melihat dan memantau murid, tentu itu akan sangat sulit.
Secara keseluruhan pembelajaran musik secara daring dinilai kurang efektif mengingat banyak sekali hal yang sulit dijelaskan secara daring. Namun jalan keluar yang ada hanya itu, sehingga harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Semoga bumi pertiwi lekas membaik sehingga pembelajaran tatap muka dapat segera berlangsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H