Sebagai orang yang terlahir di tahun mundurnya Soeharto dari jabatan sebagai presiden republik Indonesia, saya begitu merasakan peralihan itu tak hanya meninggalkan peristiwa bersejarah, tapi juga mencetak generasi-generasi yang tumbuh dengan slogan,istilah, dan jargon yang terus ada dalam ingatan mereka. jargon-jargon itu terus di diterpelihara digenerasi pada masanya meski telah berganti tampuk kekuasaan. orang-orang tua dikampung saya terus menceritakan kehidupan mereka dimasa lalu dengan segala keunikannya.
Mengenang Hari Nasi
Mungkin tidak semua anak kecil di daratan halmahera disuguhi cerita-cerita seperti yang saya dengar, Hari nasi misalnya. Menjadi jargon masa lalu yang terus saya dengar dan diceritakan oleh orang-orang tua dikampung.
Apakah jargon hari nasi ada disemua daerah ? Tentu saja tidak, iya hanya tumbuh dari perbincangan kecil dilingkungan tempat saya tinggal.
Hari nasi bagi saya mewakili generasi pada zamannya, layaknya slebew, senggol dong hingga kamu nanyee. Tanpa saya sebut tahun berapa generasi ini mulai eksis, tentu Anda sudah mengetahuinya.Â
Hari nasi seolah-olah menjadi panduan untuk memakan nasi hanya pada hari Jum'at, maka hari Jum'at adalah hari nasi. pada hari lain orang-orang dikampung akan memakan jenis pangan lain seperti Sagu, ubi jalar, hingga cingkarong yang berbahan dasar jagung.Â
Jargon hari nasi yang hidup digenerasi itu, tentu saya pahami sebagai gambaran zamannya. Bisa jadi ini adalah strategi Keluarga untuk menjaga ketersediaan pangan agar penghuni rumah tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan. Dan bisa jadi juga sebagai gambaran ketidakstabilan distribusi beras ketingkat konsumen.Â
4 sehat 5 sempurna dalam ingatan.Â
Di era sekarang mungkin kampanye 4 sehat 5 sempurna Ini terdengar mulai samar-samar. tapi tidak dengan warisan masa lalu yang begitu melekat dalam ingatan generasi dimasanya.  Slogan-slogan itu masih terekam dilingkungan tempat saya tinggal, ketika saya melihat Kakek dikampung duduk diteras rumah dengan mengenakan kain wadimor kesayangannya ditemani  segelas susu lalu berkata "4 sehat 5 sempurna" sambil cengar-cengir menatap saya dan teman-teman.Â
Peristiwa diatas rasanya tak boleh dilepaskan dari nama Prof. Poorwo Soedarmo Kepala Lembaga Makanan Rakyat, sosok di balik terciptanya prinsip atau pedoman gizi pertama di Indonesia, yang kita kenal dengan rumus "4 Sehat 5 Sempurna" dalam beberapa catatan konsep ini katanya  lahir dari rekomendasi USDA (Depertemen pertanian Amerika serikat), basic four atau basic five.
Selamat jalan 4 Sehat 5 sempurna, sampai ketemu di isi piringku.
Bagi saya, melihat perubahan Tidak hanya dari berdirinya bangunan-bangunan pencakar langit tapi juga bisa dilihat dari jargon hingga slogan yang berkembang. Pernahkah Anda mendengar kampanye "isi piringku" ? Sebuah program yang diluncurkan pemerintah di era presiden jokowi pada tahun 2017, isi piringku digagas untuk memperbaiki kualitas gizi masyarakat karena dirasa kalau hanya bicara 4 Sehat 5 Sempurna tanpa keseimbangan itu tidak cukup.Â