Mohon tunggu...
Thomas Rinanto
Thomas Rinanto Mohon Tunggu... -

Lebih Banyak mendengar dari berbicara #nasehatayah, tapi teriaklah jika melihat kemungkaran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tulang Punggung Wilayah Terdepan

8 Oktober 2018   17:11 Diperbarui: 8 Oktober 2018   17:35 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari hampir 260 juta penduduk Indonesia, tidak sampai 1 juta kenal dengan Agustinus L Luanmasse, Mathius Nicolas Aragae, Teguh Warisman Sane, dan Yustinus Hurlean. Bagi banyak orang, mereka mungkin bukan siapa-siapa.

Peran mereka tidak kecil. Mereka berempat meninggal saat sedang bertugas di wilayah terpencil Indonesia. Apakah mereka tentara?

Bukan. Mereka karyawan PT Pos Indonesia yang ikut menjadi korban kecelakaan pesawat Trigana Air yang jatuh pada pertengahan 2015 di Papua. Mereka sedang mengantarkan uang ke pedalaman Papua kala pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan penumpang serta awaknya tewas atau cidera.

Pegawai pos kok mengantarkan uang? Uang yang diantar merupakan dana Progam Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Pos Indonesia memang punya berbagai macam layanan. Salah satunya mengantar uang ke penjuru negeri.

Di sejumlah daerah terdepan dan terpencil, fungsi lembaga keuangan memang melekat pada Kantor Pos. Orang ke kantor pos bukan karena ingin mengirim surat atau paket.

Bagi warga pulau-pulau terdepan di Natuna, kantor pos adalah tempat mengirim, menerima, hingga menabung uang. Wesel jadi andalan. 

Warga pulau terdepan memanfaatkan wesel untuk mengirimkan uang kepada anak-anaknya yang berada di pulau lain demi menuntut ilmu. Memang, keterbatasan sarana pendidikan membuat anak-anak pulau harus merantau ke pulau lain. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, orangtua mengirim uang kepada anak-anak itu melalui wesel.

Uang yang disetor para pengirim wesel itu, kadang "diambil" lagi oleh warga lain di pulau itu. Seperti banyak hal, uang juga terbatas di pulau terdepan. 

Uang baru bisa masuk atau keluar pulau paling cepat 15 hari sekali. Sesuai dengan jadwal kapal yang melayani pulau-pulau terdepan di Natuna. Tidak ada transportasi selain kapal. 

Dalam siklus 15 hari itu, uang dan aneka kiriman dari dan untuk kantor setempat diangkut atau diturunkan. Selama 15 hari di antara kedatangan kapal, kantor pos jadi bank, brankas, dan tentu saja tempat mengirim surat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun