Mohon tunggu...
Thibbur Ruhany
Thibbur Ruhany Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tidak ada yang menarik dalam kehidupan saya. Tapi ketahuilah, hidup akan lebih menarik ketika bersama saya !

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mahasiswa, Preman Intelektual?

26 September 2012   15:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:38 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Citra gerakan mahasiswa sebagai agent of change dan agent of sosial control kini turun pamor. Hal ini dibuktikan dengan maraknya pemberitaan melalui media cetak dan elektronik dimana gerakan mahasiswa tak ubahnya seperti kelompok preman-preman kampus. Demonstrasi yang seharusnya menjadi salahsatu jalan untuk mengkonsolidir aspirasi massa, malah berujung bentrokan dengan aparat setempat.

Turunnya pamor gerakan mahasiswa dimotori pemberitaan yang dilakukan oleh pihak media, untuk disampaikan ke masyarakat. Sangat disayangkan memang, media sebagai alat untuk memberikan informasi kepada khalayak ramai justru menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat esensial saja. Sedangkan hal yang berkaitan secara substansial dari demonstrasi tidak dipaparkan secara jelas dan gamblang kepada masyarakat.

Publik dijejali berita-berita miring yang mencoreng citra gerakan mahasiswa sebagai agen perubahan dan agen pengontrol sosial. Selanjutnya, hal yang kemudian terjadi adalah perubahan paradigma masyarakat terhadap gerakan dewasa ini. Gerakan mahasiswa yang notabene ingin memanusiakan manusia justru dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia. Sehingga posisi gerakan mahasiswa sebagai komponen elit masyarakat mengalami degradasi sosial.

Padahal, dalam sejarah perjalanan bangsa, gerakan mahasiswa mempunyai posisi penting dalam mengawal setiap kebijakan pemerintah. Sedari masa kolonialisme Belanda, gerakan kaum intelektual yang dimotori oleh Budi Utomo berhasil merubah sistem pemerintahan yang mengekang rakyat Indonesia untuk mengenyam pendidikan pada masa itu. Pada tahun 1998, Bapak Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto mundur dari kursi kepresidenan setelah mahasiswa menuntut turunnya Soeharto dengan menguasai gedung DPR/MPR.

Saran penulis sebagai mahasiswa, gerakan mahasiswa perlu untuk mengadakan diskusi dengan pihak media mengenai pemberitaan aksi massa yang dapat mencoreng citra gerakan mahasiswa. Dan perlunya upaya untuk meminimalisir bentrokan dengan aparat setempat ketika aksi massa. Agar gerakan mahasiswa tetap memperoleh kepercayaan dari masyarakat untuk berada di garda paling depan dalam rangka mengawal kebijakan pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun