Mohon tunggu...
Arief G
Arief G Mohon Tunggu... Dokter darah (trainee) -

Anak perantau yang masih mencoba mencari jati dirinya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Apakah Nelayan Jakarta Bisa Diintegrasi ke Proyek Reklamasi?

17 April 2016   16:48 Diperbarui: 17 April 2016   16:57 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik katanya bukanlah sebuah zero sum game. Jadi seharusnya semua stakeholders harus bisa meraup untung dari sebuah pembangunan. Paling tidak saya rasa ini pesan Ibu Susi dalam wawancara baru-baru ini (1).

Saya pikir perkataan Ibu Susi ini bijak sekali.

Memang benar juga apa yang dikehendaki oleh Pak Ahok, bahwa proyek reklamasi Pantura yang sangat mahal itu mustahil bisa dibiayai oleh pemprov dan perlu adanya investasi besar dari pihak swasta. Saya baru-baru ini melihat video promosi yang dibuat oleh Pemprov DKI tahun 2012 tentang giant sea wall dan reklamasi ini. 

Memang ada kecenderungan untuk memberikan terlalu banyak keuntungan bagi orang-orang kaya yang tinggal di zonasi barat. Mungkin rencana ini perlu dipelajari lagi bagaimana rakyat miskin bisa ikut meraup keuntungan dari zonasi barat itu. Tetapi, apabila berhasil, saya rasa giant sea wall bisa melindungi Jakarta dengan lebih baik dari serangan banjir. Dan itu tidak murah untuk dibuat.

Tetapi, apa yang dikatakan Bu Susi juga benar. Saya tidak bisa melihat di mana kampung nelayan akan berada dalam rencana Pemprov DKI ini. Apakah tidak mungkin bisa dibuat daerah khusus di pinggir Giant Sea Wall ini untuk pembuatan kampung nelayan sehingga pekerjaan tradisional yang sudah ada di Jakarta beratus-ratus, atau mungkin beribu-ribu, tahun ini tidak hilang begitu saja.

Pak Ahok, apakah anda benar-benar tidak bisa berhenti sebentar untuk meninjau rencana anda ini?

Tidak mungkin sebegitu banyak orang yang menanyakan keputusan anda ini benar-benar salah. Apabila karena sekarang terbukti terlalu banyak permainan kotor dari pengembang, DPRD, dan kemungkinan pemprov DKI.

Pada saat seperti ini, mungkin kita harus melihat Pengkhotbah 3 (2):

1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;

3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;

4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun