Mohon tunggu...
The Urbanist
The Urbanist Mohon Tunggu... -

City planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Logical Framework Analysis Sebagai Alat Evaluasi

19 Juni 2011   23:18 Diperbarui: 4 April 2017   16:34 4540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Logical Framework Analysis

Logical Framework Analysis (LFA) adalah instrumen analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk menganalisis situasi eksisting, membangun hirarki logika dari tujuan yang akan dicapai, mengidentifikasi resiko potensial yang dihadapi dalam pencapaian tujuan dann hasil, membangun cara untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tujuan (output) dan hasil (outcomes), menyajikan ringkasan aktivitas suatu kegiatan serta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan implementasi proyek (Ausguidline, 2005).

Selama ini pemanfaatan Logical Framework Analysis masih terbatas bertujuan untuk melakukan proses perencanaan proyek yang bersifat partisipatoris dan berorientasi tujuan. Teknik ini memerlukan keterlibatan seluruh stakeholder terkait dalam suatu rencana/program untuk menentukan prioritas dan rencana implementasi. Padahal LFA merupakan alat bantu analisis dan manajemen yang dapat menjelaskan analisis situasi yang menjadi alasan atau argumentasi penting suatu program, kaitan logis sebab-akibat secara hirarki hubungan antara tujuan yang akan dicapai dengan proses yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, identifikasi potensi-potensi resiko yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program, mekanisme bagaimana hasil-hasil kerja (output) dan dampak program (outcome) akan dimonitor dan dievaluasi dan penyajian ringkasan program dalam suatu format standard.

LFA digunakan ketika melakukan identifikasi dan penjajagan dalam penyusunan proposal, menyiapkan disain proyek/program dalam suatu sistematika dan kaitan yang masuk akal, penilaian disain proyek/program, memutuskan persetujuan untuk pelaksanaan proyek/program, monitoring dan evaluasi kemajuan (progress) dan kinerja (performance) program.

LFA juga dapat digunakan sebagai petunjuk teknis dalam pengelolaan program,  atau tepatnya kemampuan tehnis, bahwa yang bersangkutan mempunyai kemampuan tehnis  dalam menyelenggarakan suatu program. Logical Framework sebagai kemampuan tehnis program karena  dapat digunakan  sebagai alat untuk Perencanaan, Penilaian, Monitoring dan Evaluasi dari kegiatan-kegiatan dalam program yang telah dibuat.

Kerangka logika  sebagai teknis dalam  mengkombinasikan Logika Vertikal maupun Logika Horisontal. Tujuan yang ditetapkan  dapat diukur dengan indikator melalui informasi yang dikumpulkan dan disajikan dalam alat verifikasi khusus.

Dalam pelaksanaannnya Logframe  disusun dalam bentuk Matrix  atau biasa disebut dengan logframe matrix yang terdiri atau mempunyai 4 elemen dasar  yaitu

  1. Hubungan antara Goals, Objectives, Outputs dan Activities
  2. Logika Vertikal dan Logika Horisontal
  3. Indikator
  4. Asumsi dan resiko yang perlu diindetifikasi pada tahap penyusunan program

Goals  dalam kerangka logis (logframe) adalah tingkatan dengan tujuan tertinggi, merupakan hasil akhir tetapi  diluar control program. Objectives atau sasaran program  merupakan Rincian/Bagian dari Goal, namun objectives atau sasaran ini selalunya diluar kontrol program. Goal dan Objectives diluar kontrol program karena kegiatan-kegiatan tidak langsung mempengaruhinya tetapi dapat dicapai dengan gabungan beberapa dari program yang satu dengan program yang lainnya.  Sedangkan Outputs itu sendiri adalah hasil spesifik apa yang harus diperoleh sesudah program berakhir  dan Aktivities adalah Kegiatan-kegiatan apa yang harus disusun untuk memperoleh outputs.

Dalam matriks logframe kita juga dapatkan istilah Objectively Verifiable Indicators atau disingkat OVI yaitu  atau dalam bahasa Indonesia disebut indikator verifikasi sasaran tujuan, mengarahkan kita untuk bagaimana kita tahu bahwa program itu berhasil, membantu kita untuk klarifikasi, membantu kegiatan monitoring dan evaluasi  dan penggunaannya   atau indikatornya dibuat dengan pendekatan SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realibility and Timely).

Kolom lainnya dalam matrik kerangka logis adalah Means of Verification atau disingkat (MOV)  atau dalam bahasa Indonesia disebut dengana cara verifikasi yaitu  Data-data yang bisa menunjang, sejauh mana data yang dikumpulkan tersebut bermanfaat. Contoh hasil penelitian,  Data SDKI, Sensus dan lain-lain. Dan terakhir adalah kolom Risk and Assumptions (resiko dan asumsi). Ditulis berbagai kemungkinan yang terjadi yang dapat mempengaruhi berhasil atau gagalnya suatu proyek atau program.

Kesimpulannya

Secara umum penggunaan LFA masih terbatas bertujuan untuk penyusunan suatu proyek, padahal LFA dapat dimanfaatkan dalam proses evaluasi. Pemahaman yang lebih terhadap LFA dibutuhkan dalam upaya pemanfaatan LFA secara maksimal dan tidak hanya terpaku pada penyusunan suatu proyek. Pendekatan SMART yang dimiliki LFA merupakan pendukung kegiatan monitoring dan evaluasi serta untuk menemukan indikator keberhasilan dari suatu program.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun