Senin, 15 Oktober 2012
Hari ini, aku mengajar untuk kali pertama, menggantikan guru SM3T sebelumnya yang sedang bersiap untuk kembali ke Jawa. Ia memberikan beberapa informasi mengenai siswa yang akan aku ajar selama setahun kedepan, mulai dari karakteristik hingga kebiasaan mereka selama di kelas.
Pada pertemuan pertama ini, aku bertekad ingin mengenal lebih dekat siswa-siswi baruku. Untuk itu, aku meminta mereka bertanya segala sesuatu yang ingin mereka ketahui tentang aku. Namun demikian, hanya keheningan yang aku dapati. Mungkin jika situasi ini adalah sebuah film komedi, kalian akan bisa mendengar suara jangrik mengerik dengan keras disertai hembusan angin kering yang disertai daun kering yang ia bawa terbang. Tak seorangpun bertanya. Yang lebih lucu lagi (menurutku), sesaat setelah aku mencoba memberikan contoh pertanyaan yang bisa mereka ajukan agar terjadi interaksi dua arah yang efektif seperti pertanyaan mengenai alasan mengikuti program SM-3T, lulusan dari universitas manakah aku, bagaimana aku bisa sampai di Manggarai, dan lain sebagainya, satu tangan akhirnya terangkat. Melihat adanya respon, aku menyambutnya dengan hangat. Dengan suara lirihnya yang mungkin lebih cocok bila aku sebut bisikan, seorang siswa bernama Maria memberanikan diri untuk bersuara.
“Pa sudah punya pacar?” ucapnya.
Seisi kelas bergetar oleh suara tawa yang bergema dari ujung ke ujung. Semua orang tertawa terbahak-bahak. Tidak mau turut mengintimidas siswa yang sudah berani bertanya itu, aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Baiklah, kalau begitu, saya saja yang bertaya.” Aku memulai. “Karena ini adalah kelas IPS, saya akan bertanya beberapa hal seputar pelajaran IPS.” Kataku sambil menyapu seisi ruangan, mencoba mencari topik pembicaraan yang menarik. Pandanganku tertuju pada sebuah gambar di dinding belakang kelas. “Kalian tahu lambang yang ada di diding belakang kalian itu?” Tanyaku sambil menunjuk gambar lambang PBB yang terpampang gagah tapi lusuh, tak pernah tersentuh. Kelas kembali terdiam. “Siapakah sekjen PBB saat ini?” Lanjutku.
Hening.
“Kalau tidak tahu, saya ganti saja pertanyaannya.” Ucapku sambil memutar otak mencari pertanyaan tentang PBB yang sekiranya mereka tahu. “Apakah kepanjangan dari PBB?”
Tak ingin kalah cepat dari teman lainnya dan mungkin saja ingin menjaga harga diri jika terlihat tidak tahu, semua siswa di kelas berebut menjawab dan berteriak, “Peraturan Baris-Berbaris!”