"Gadis...." ucap Cakil dengan nada lembut dan tiba-tiba datang serta masuk ke kamar Gadis.
"Iya, bang, ada apa?" sahut Gadis. Ia tersenyum karena nada bicara Cakil yang mendadak lembut.
Cakil langsung menghampiri Gadis dan duduk di kasurnya. Gadis pun yang tadi rebahan langsung duduk.
"Hari ini ... Nggak ada perempuan yang nemenin abang," ucap Cakil.
"Terus?" tanya Gadis.
"Malem ini ..." Tangan Cakil merayap ke paha Gadis. "Tolong temenin abang," lanjutnya begitu ia mengelus paha adiknya itu.
Gadis terkejut dan segera menyingkirkan tangan Cakil dari pahanya. "Abang, abang mau ngapain? Jangan, bang!"
Ekspresi Cakil langsung berubah kesal. Ia pun segera memegang pundak Gadis dan menjatuhkannya ke kasur. "Temenin abang hari ini! Pokoknya harus mau!" Ia kemudian memegang kedua tangan Gadis dengan keras.
"Bang, tolong jangan, bang!" Gadis berusaha memberontak.
"DIEM!" Cakil lalu mencium bibir Gadis dengan paksa.
Namun, aksi Cakil cukup sampai di situ, karena Gadis menendang kemaluannya hingga Cakil tersimpuh di lantai. Memanfaatkan kesempatan yang ada, Gadis pun segera lari dari sana.