"Ayo serang gw!" tantang Jangkung.
"Loe aja yang nyerang, gimana?" tawar Cakil.
Jangkung tertawa. "Emang bener-bener mau mampus loe ye!" Ia pun mengepal tangan kanannya kuat-kuat dan merangsek ke arah Cakil.
Akan tetapi, pukulan Jangkung ke dada Cakil tidak berefek apa-apa. Jangkung tak menyangka hal itu bisa terjadi.
"K-kok bisa?? Padahal tangan gw udah ada isiannya." Jangkung melemas.
"Kenapa?" Cakil tersenyum miring. "Cuma segitu?"
"Loe cuma beruntung, bajingan!" Jangkung kembali meninju Cakil.
Namun lagi-lagi, tinjuannya tidak berefek. Merasa kesal, Jangkung kembali meninju Cakil. Tapi, berapa kali pun ditinju, Cakil tak jua roboh atau minimal bergeser dari tempatnya berpijak.
"Nggak. Nggak mungkin," keluh Jangkung seolah tak percaya. "Pukulan Naga Geni gw nggak mempan. Kenapa??"
"Sekarang, giliran gw." Cakil tersenyum sinis, kemudian langsung meninju dada Jangkung hingga tangan Cakil menembus dadanya.
Jangkung menyemburkan darah. "A-apa ini? Bahkan ilmu kebal gw pun-"