Mohon tunggu...
The Storm
The Storm Mohon Tunggu... Freelancer - Guru

Iseng aja

Selanjutnya

Tutup

Horor

Guardian ~ Pembasmi Iblis (Novel Tokusatsu Horror) Chapter 1: Kekuatan Iblis

27 November 2024   01:32 Diperbarui: 27 November 2024   02:09 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ribuan tahun yang lalu, sesosok Iblis bernama 'Belial' mempelajari sebuah 'ilmu' yang membuat jiwanya menjadi abadi. Ironisnya, efek dari ilmu ini menciptakan sebuah gerbang bernama 'Zahlun' yang dapat menarik kegelapan di hati musuh bebuyutan Iblis yakni 'manusia' hingga menciptakan sekumpulan makhluk bernama 'Shadow' yang ironisnya lagi lapar akan daging manusia.

Tapi, agar bisa memakan daging manusia, Shadow harus membuat kontrak dengan manusia. Manusia yang setuju dengan kontrak Shadow, akan bisa dirasuki oleh Shadow untuk kemudian dimakan jiwanya dari dalam dan mengambil alih tubuhnya untuk memakan daging manusia yang lain. Shadow yang sudah merasuki tubuh manusia memiliki kemampuan berubah menjadi wujud baru yang lebih kuat untuk menghancurkan siapa saja yang menghalangi mereka. Shadow juga bisa merasuki manusia yang sudah mati bahkan benda. Mereka bisa merasuki keduanya tanpa harus membuat 'kontrak', tapi dengan catatan, keduanya memiliki aura negatif yang sangat kuat, terutama manusia yang mati dengan cara yang 'buruk'. Setelah merasuki semua itu, mereka juga bisa berubah ke wujud baru.

Belial yang mengetahui hal itu merasa sangat puas, karena dendam dari zaman nenek moyangnya terhadap manusia bisa tersalurkan dengan baik. Setelah itu, Belial tertidur pulas dan tak tahu kapan akan bangun.

Salah satu 'Malaikat' penjaga cahaya bernama 'Xybril' yang mengetahui tindakan Belial merasa simpati terhadap manusia. Ia turun ke dunia untuk mengajari manusia yang diteror oleh Shadow kekuatan melawan para Shadow. Xybril mau manusia berguna untuk bangsa mereka sendiri. Xybril pun memilih beberapa orang untuk kemudian ia latih khusus menjadi Pembasmi Shadow dengan kekuatan 'Naga Cahaya' yang merupakan penghuni Langit Ketujuh dan diberi nama 'Guardian' yang masing-masing memiliki 'gelar' sesuai dengan Naga yang sudah diubah menjadi sumber kekuatan mereka. Pertarungan dengan Shadow pun akhirnya dimulai...

Di sebuah jalan setapak yang sepi serta berpenerangan minim, seorang pria dengan seragam kantoran serba hitam berjalan selangkah demi selangkah sambil menjinjing sebuah koper. Dari penampilannya terlihat kalau dia hanyalah pria biasa bahkan bisa dibilang 'culun' dengan kacamata kuda menghiasi wajahnya yang bulat.

Tiba-tiba, langkah pria itu dihentikan oleh tiga orang berbadan kekar dengan jaket hitam berlogo tengkorak di dada sebelah kiri dan punggungnya serta masing-masing memegang 'golok'. Pria yang pertama berambut gondrong, pria kedua berambut 'punk', dan pria ketiga berkepala 'plontos'. Mereka bertiga langsung mengerubungi si pria kacamata.

"Woy, serahin semua duit loe atau loe bakal mati disini!" ancam si pria berambut gondrong sambil mengancamkan goloknya pada si pria kacamata.

"Maaf mas, duit saya sekarang cuma cukup buat makan aja," kata si pria kacamata. "Mas, mintanya bulan depan aja ya."

"Pejajaran!" Si gondrong langsung naik pitam. "Gw loe suruh minta bulan depan? Emangnya gw tukang kridit!? Cepet, serahin semua duit loe, atau kepala loe gw jadiin makanan kucing!"

"Nggak!" si pria kacamata langsung memelintir tangan si gondrong yang tengah memegang golok sampai goloknya terjatuh.

Melihat hal itu, dua pria teman si gondrong segera mengayunkan golok mereka pada kepala si kacamata. Namun, si kacamata berkelit gesit lalu menendang pergelangan tangan kedua pria tersebut bergiliran yang membuat golok mereka terlempar dari tangannya. Hal itu ternyata membuat pelintiran si kacamata terlepas dari tangan si gondrong. Si gondrong yang bebas langsung mengunci pergerakan si kacamata dari belakang.

Akan tetapi, si kacamata mencungkil jari si gondrong yang membuat si gondrong kesakitan dan kunciannya mengendur. Saat itu, si kacamata menarik tangan si gondrong dan membanting tubuhnya lalu menginjaknya berulang kali.

Kemudian, dari belakang, si rambut punk dan si plontos mencoba menyerang berbarengan, tapi semua serangan yang mereka lancarkan luput. Si pria kacamata terlihat sangat lincah menghindari setiap serangan itu. Sampai pada akhirnya, tendangan keras di perut si rambut punk dan si plontos membuat kedua pria tersebut terjengkal ke belakang, muntah darah, lalu pingsan.

Si gondrong yang mulutnya mengeluarkan darah, berusaha bangkit, tapi usahanya sia-sia. "Siapa sih dia? Uhuk!" Ia pun muntah darah.

Di saat seperti itu, tiba-tiba waktu berhenti.

"Apa kau mau kekuatan?" Terdengar suara berat di dekat si gondrong.

Si gondrong terkejut. Ia kemudian menoleh kesana kemari. "A-ada apa ini?? Si-siapa itu??"

"Apa mengambil hak orang lain membuatmu senang?" tanya suara misterius itu.

"Loe ngomong sama gw?" tanya si gondrong.

"Tentu," jawab suara tersebut. "Apa kau mau kuberi kekuatan hebat untuk melawan orang yang tadi menghajarmu?"

"Serius??" tanya si gondrong. "Mau dong!"

"Baiklah, kau sudah menyetujuinya. Terimalah kekuatan ini sebagai ganti untuk jiwamu!"

"HAH??" Si gondrong terkejut bukan main. "AP-"

Belum selesai kalimat si gondrong, tubuhnya langsung dirasuki aura hitam terus menerus dari dalam tanah yang membuatnya berteriak kesakitan. Begitu aura hitam tersebut sudah masuk seluruhnya ke tubuh si gondrong, pupil matanya menghilang untuk sesaat, dan kemudian muncul kembali. Setelah itu, aliran waktu kembali normal.

Si kacamata berjalan ke arah si gondrong, kemudian berkata, "Mau nyerah apa nggak? Kalau abang nyerah, saya bakal ngampunin abang."

"Nyerah? Ngelawak loe?" si gondrong langsung merangsek cepat dengan tendangannya ke dada si kacamata yang membuat pria itu terlempar jauh ke belakang, jatuh, dan terguling-guling di tanah.

"Kekuatan apa itu??" monolog si kacamata sembari berusaha berdiri dengan tangan memegangi dadanya yang sakit.

Tiba-tiba, si gondrong muncul di belakang si kacamata. "Mati loe," bisiknya.

Si kacamata kaget bukan main. Namun, belum sempat ia menoleh ke belakang, lehernya langsung dicekik si gondrong.

Si gondrong tertawa terbahak-bahak, sementara si kacamata mencoba melepaskan tangan si gondrong dari lehernya dengan sekuat tenaga. Namun, usahnya tak kunjung membuahkan hasil, malah perlahan kepalanya nampak 'lepas' dari lehernya. Darah pun bermuncratan dari sana. Si kacamata terus mengerang dengan nada yang memilukan. Dan beberapa saat kemudian, kepala si kacamata 'putus' dari tempat semestinya. Setelah itu, si gondrong langsung 'memakan' kepala si kacamata sampai habis, kemudian memakan bagian-bagian tubuhnya satu persatu, dimulai dari bagian tangan hingga akhirnya hanya tinggal sisa-sisa darah yang bermuncratan dan menetes dimana-mana.

Sementara itu, di sebuah mansion...

Seorang pemuda berbaju dan bercelana panjang hitam serta berambut poni menyamping sedang berdiri sambil memejamkan matanya.

Tidak lama kemudian, di dinding ruangan kosong itu, keluarlah beberapa moncong meriam. Moncong meriam tersebut menembakkan beberapa bola.

Dengan cepat, pemuda yang memejamkan mata tadi membuka matanya lalu memukul dan menendang bola-bola yang keluar dari meriam dengan cepat. Sesekali, ia berpindah dengan cara melompat untuk memukul serta menendang bola-bola itu. Semua bola tampaknya berhasil ia pukul dan tendang tanpa tersisa satu pun. Merasa semuanya telah selesai, ia kembali berdiri tegak, memejamkan mata, dan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian, ia keluar dari ruangan tersebut dan pergi mandi. Selagi pemuda itu mandi, di kasurnya, seorang gadis bertanktop hitam dan bercelana pendek hitam yang dihiasi ikat pinggang cokelat serta jubah pinggang pendek merah dan stocking hitam, tengah duduk sambil menonton televisi yang tertempel di dinding kamar itu. Gadis itu bermata kecil dan berpipi tembam. Beberapa saat kemudian, pemuda tadi keluar dari kamar mandi yang ada di dekat kamarnya dengan balutan baju kaos berlapis fiber emas yang bentuknya sama dengan yang ia kenakan sebelumnya dan celana panjang hitam.

"Ganti bajunya kenapa harus di dalem kamar mandi, Satria?" tanya si gadis seraya menatap pemuda bernama Satria itu yang berjalan ke arah kasur. Ia lalu tersenyum manis hingga terlihatlah giginya yang putih seputih mutiara.

"Itu bukan urusan kamu, Mutia," balas Satria ketus sambil memakai satu jubah putih dengan kerah besar yang tergeletak di kasur. Di bagian punggung tangan kanan Satria ada permata biru yang menyala. Setelah itu, ia mengenakan sepatu hitam dan pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun