Mohon tunggu...
M Habibur Rahman
M Habibur Rahman Mohon Tunggu... -

jangan pernah menyia-nyiakan waktu. karena sekaya apapun orang tersebut tidak bisa membeli waktu yang terbuang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cintaku Berawal dari Lab Biologi

22 Maret 2012   12:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:37 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua berwal dari tugas Biologi yang diberikan guru biologiku di sekolah. Tugas tersebut memang tak begitu rumit, tetapi sulitnya amit-amit. Guru Biologiku menyuruh kita untuk mengamati alga, dkk.

Sebelumnya kita telah diminta untuk membawa sampel dari alga tersebut. Hal pertama yang ada di benakku adalah mengapa kita meneliti organisme kecil dengan bentuk hanya air-air yang terkesan "kotor". Air yang kita bawa adalah air kolam yang berlumut, air selokan, dan air kamar mandi yang "hijau". Walau pun begitu itu semua bukan halangan bagi aku dan teman-teman kelompokku. Kami cari sampel-sampel tersebut dan berhasil kita dapatkan.

Hari penelitianpun tiba. Kita bawa semua sampel yang telah kita kumpulkan sebelumnya ke laboratorium Biologi. Kami ambil tempat di belakang, dan menyiapkan perlengkapan-perlengakapan yang di butuhkan untuk penelitian. Begitu pula dengan teman-teman sekelas yang menyiapkan peralatan masing-masing.

Masalah pertama datang. Mikroskop telah diberikan kepada masing-masing kelompok. Tugas kita sederhana. Kita hanya perlu mengamati alga-alga yang hidup di semua sampel kami. Preparat telah kita siapkan dengan sempurna. Dan semua anggota kelompok mencoba untuk mengamati sampel yang telah kita dapatkan. 30 menit berlalu, berbagai cara menata preparat telah dicoba. Tak satupun dari kita bisa mengamati alga yang masih hidup. Karena kita tak mengetahui apa-apa, kita konsultasi dengan guru biologi tersebut. Ternyata, mikroskop kita sedang rusak. Tanpa pikir panjang, langsung saya di minta untuk menggantinya dengan yang ada di almari bersama dengan guruku tadi. Ternyata, mikroskop yang aku pilih juga rusak. Dan mikroskop lainnya yang berada dalam almari malah makin parah lagi. Apa boleh buat, kita diminta untuk bergabung di kelompok lainnya.

Hal pertama yang saya lihat adalah sampel air kolam. Subhanallah, ternyata di antara lumut-lumut itu terdapat organisme yang masih hidup. Padahal jika saya bandingkan dengan ukuran tangan saya, bagaikan 1:1 juta sentimeter. Subhanallah, ternyata Allah telah membuat makhluk yang ukurannya sangat kecil hingga hanya bisa di lihat dengan mikroskop saja. Dan yang lebih membuat hati saya bergetar adalah, ukuran mereka sangat kecil dan bergerak. Saya hanya bisa diam tanpa kata. Karena baru kali ini saya melihat benda kecil yang bergerak langsung dengan mata kepala saya sendiri.

Subhanallah. Allah maha agung. Sejak saat itu, masih terpikir di benak saya. Benda sekecil itu bisa hidup dengan "segar". Padahal habitat mereka hanya di air-air yang terkesan kotor. Tapi di balik ke"kotor"an tersebut, Allah menyelipkan "kebesaran"-Nya yang sangat menakjubkan

:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun