Mohon tunggu...
thersiafilda
thersiafilda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Semangat Enterpreneurship Mahasiswa Menghadapi MEA

15 Februari 2016   10:39 Diperbarui: 15 Februari 2016   11:17 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sekarang MEA sedang menjadi euforia di tengah masyarakat, seperti kita ketahui MEA adalah Masyarakat Ekonomi Asean MEA merupakan system perdanganggan bebas Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia dan Sembilan Negara anggota ASEAN lainnya yang telah menyepakati perjajian Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) dalam hal ini adanya persaingan perdanganggan bebas antara Negara-negara ASEAN dimana Negara lain bebas masuk membuka usaha dan mengekspor barang dari Negaranya.

Dengan adanya MEA yang akan terjadi dimasyarakat kelas bawah adalah pesimisme. Mengapa demikian? Karna kita di paksa berkompetisi lewat perdagangan bebas sementara kita tidak siap (atau tidak pernah di persiapkan berkompetisi) dengan keterbatasan sumber daya. Perilaku dan mentalitas masyarakat kita masih pada tahap konsumtifisme yang mau menuju prodktifisme, pada kondisi seperti ini proteksi negara menjadi penting.

MEA dalam hal ini mempunyai sisi positiv dan negativ untuk Indonesia. MEA bisa membuat Indonesia semakin terpuruk, dengan adanya kebijakan MEA artinya Indonesia akan masuk lagi ke wilayah pasar, dimana para pengusaha-pengusaha asing akan mempunyai lahan garapan baru dan Indonesia akan menjadi target utama karna daya konsumsi masyarakat Indonesia cenderung lebih tinggi ketimbang daya produksinya, apa yang bisa kita andalkan sebagai bangsa Indonesia hari ini. Dalam hal terkecil saja Indonesia masih mengimpor garam, sedangkan yang paling banyak diekspor hanya TKI.

Coba kita telisik lebih jauh, Indonesia sebagai sebuah negara dengan sumber daya alam yang begitu kaya sampai hari ini, hanya terus menjadi negara berkembang. Padahal jika dibandingkan dengan kekayaan alam yang kita punya seharusnya lebih kaya dari Amerika dan China. Kita punya tambang emas yang dijadikan sebagai jaminan uang para pengusaha, tetapi kita yang punya kekayaan itu justru tertinggal jauh, dengan adanya MEA dalam keadaan negara kita seperti ini hanya akan membuat kita lebih terpuruk, karna pada sektor ekonomi kita belum mapan, pada sektor pendidikan masih banyak rakyat Indonesia yang seharusnya lebih realitis bahwa kebijakan MEA hari ini adalah kebijakan yang seharusnya dikaji ulang, karna dari segala sektor kita masih belum matang, masih banyak yang perlu dibenahi dalam interval Indonesia sebelum berani bersaing di pasar bebas.

Kalau di lihat dari sisi positifnya MEA untuk negara Indonesia, memang ada. Tapi sedikit porsinya selain melanggengkan penjarahan yang sudah ada positifnya mungkin pada TKI karna dengan adanya MEA maka tidak perlu membayar pajak pada negara tempat ia bekerja. Tapi di sisi lain pada sektor ini pegawai dalam negeri juga harus berkompetisi dengan tenaga kerja asing. Walaupun isu tentang kerja ini secara subtansial adalah sektor kecil selain membajirinya arus modal dan barang. Meminimalisasi resiko keterburukan kelas bawah adalah peningkatan produktivitas dan penguasaan aset terhadap sumber ekonomi dan itu bisa di lakukan hanya dengan regulasi yang pro rakyat sedang perdagangan bebas (lewat MEA) sangat tidak memungkinkan itu terjadi.

Jika kita berbicara mengenai siapa pihak yang menguntungkan dengan adanya MEA yaitu pemilik industri dan modal besar. Yang jelas MEA tidak bisa di hindari selain dengan pembatalan perjanjian keterlibatan Indonesia, tapi itu konsenkuensi dan resikonya terlalu besar. Akan tetapi meski demikian pemerintah tetap menyetujui adanya MEA karna soal keberpihakan dan kepentingan kelas.

Sebagai Mahasiswa ini bukan menjadi penghalang bagi kita untuk takut menghadapi MEA, akan tetapi menjadi peluang untuk bisa menunjukkan bahwa kita mampu bersaing dengan masyarakat ASEAN. Oleh sebab itu sebagai mahasiswa yang enterpreneur kita tidak hanya duduk diam menunggu peluang itu datang sendiri tapi menciptakan peluang sendiri. Mengutip kata Soekarno, bahwa nasionalisme dulu baru internasionalisme artinya perbaiki dulu internal negeri sebelum merambat keluar Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun